Penulis: Sukron Makmun
Wakil Sekretaris Jenderal Perkumpulan Persahabatan Alumni Tiongkok Indonesia (PERHATI)
Pembangunan hijau saat ini merupakan tren utama di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok telah mencapai kemajuan besar di bidang inovasi teknologi kendaraan listrik (EV), baterai energi baru, dan fotovoltaik yang tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi hijau di dalam negeri, tetapi juga memberikan daya baru bagi transformasi energi di dunia.
1. Bagaimana Anda menilai kemajuan yang dicapai oleh Tiongkok dalam bidang inovasi teknologi energi terbarukan?
2. Inspirasi apa saja yang bisa didapat oleh seluruh dunia, termasuk pembangunan berkelanjutan di Indonesia?
Saya melihatnya sebagai suatu yang positif. Bagaimanapun, saat ini kita tidak boleh hanya berpikir tentang bisnis, tetapi, harus juga memikirkan nasib generasi mendatang. Planet bumi yang kita tempati bersama ini, harus kita jaga bareng-bareng dari kepunahan. Semua sadar bahwa bumi ini sedang terancam. Daya dukung ekologis bumi kita semakin hari makin rendah. Sebab itu, kita harus mulai menciptakan bisnis yang menawarkan solusi keharmonisan antara manusia, bumi dan laba.
Kendaraan listrik (EV). Mobil listrik di Tiongkok didukung oleh pemerintah. Misalnya, untuk mobil listrik yang kecepatan maksimalnya 60 km/jam tidak perlu surat apapun, hanya saja, tidak boleh lewat jalan tol. Pabrik mobil listrik jenis ini ada di Provinsi Shandong (Kota Qungdao &Jinan). Di Tiongkok, mobil listrik diperlakukan khusus. Pelat nomornya beda warna: hijau. Semakin banyak dtemui mobil pelat hijau di jalan-jalan.
Di Shanghai ada aturan khusus: beli mobil bensin harus antre panjang untuk mendapatkan pelat nomor. Tujuannya untuk membatasi agar jumlah mobil tidak berlebihan. Setahun hanya boleh tambah mobil 12.000 unit. Sementara yang beli mobil lebih dari 100,000 orang. Tiap tahun ada undian. Siapa yang beruntung masuk daftar 12.000 itu, setelah menang undian baru bisa ke toko mobil. Tapi untuk beli mobil listrik bisa kapan saja. Kota-kota besar lainnya mengikuti cara Shanghai itu. Penjualan mobil listrik di Tiongkok naik 60%. Setidaknya 1.300.000 mobil listrik terjual. Dari berbagai jenis dan merek. Yang jumlahnya lebih 12 merek. BYD (Biyadi) yang jadi raja mobil listrik di sana, ada juga Geely (Jili). Di sana ada perusahaan taksi yang khusus mobil listrik, namanya Cao Cao mobility (Coo Coo Chuxing). Mobil listrik ini ramah lingkungan, mengurangi polusi. Selain itu, sumber daya alam yang berasal dari fosil bumi jangan hanya karena untuk memenuhi kebutuhan, lalu kita habiskan tanpa peduli hari esok. Kita harus peduli pada kualitas udara kita, sumber daya alam kita, jangan malah ikut memperpendek masa depan bumi kita.
Tantangan produksi baterai: Sekarang di Tiongkok kendaraan sudah banyak pakai baterai. Era BBM sudah mulai tergeser. Dunia menghadapi krisis energi. Karena energi alternatif tidak cukup memenuhi kerakusan manusia untuk masuk ke abad digital. Mobil listrik memang solusi pengganti BBM, tapi menciptakan baterai itu memerlukan energi listrik raksasa. Lebih besar dari kebutuhan listrik satu kota. Jadi yang dianggap mudah, murah, dan hemat, sesungguhnya sangat tidak mudah, bahkan mahal. Apalagi kalau kekurangan energi itu kita pasok dari energi fosil, ya paradoks. Kemajuan dicapai, yang pada waktu bersamaan buuh diri akibat pencemaran udara.
Sekarang di Tiongkok sudah mulai diproduksi battery yang kualitasnya 4 kali lebih baik dari buatan Amerika. Dan rencana produksinya 40% akan diekspor ke AS dan 60% pasar Tiongkok. Untuk pasar AS sudah dapat off take agreement mensuplai pabrik kendaraan listrik. Yang menarik adalah, bagaimana dukungan pemerintah Tiongkok atas kampanye mengurangi emisi karbon dengan prokduksi kendaraan listrik. Pemerintah memberikan insentif kepada konsumen kendaraan listrik untuk pribadi berupa pengurangan pajak penjualan, bebas pajak kendaraan dan bebas biaya tol. Pemerintah juga memberi subsidi harga atas pembelian kendaraan lisktrik. Sementara untuk bus, di samping mendapatkan fasilitas pajak dan bebas biaya tol, juga mendapat refund harga pembelian kendaraan sampai 60% setelah mencapai 60.000 km.
Pengurangan emisi dilakukan bukan hanya pada kendaraan, tpi juga pembangkit listrik dari energi solar (fotovoltaik) dan batu bara. Saat sekarang sedang dan terus berlangsung penggantian BBM pembangkit listrik di seluruh Tiongkok. Ada yang diganti dengan gas. Ada juga yang diganti dengan nuklir, dan termasuk torium. Upaya ini sudah berlangsung sejak tahun 2013 dan dilakukan dengan sungguh-sungguh. Pengaruhnya memang terjadi perubahan signifikan terhadap lingkungan. Naik speda tidak perlu memakai masker lagi dan udara bersih membuat orang nyaman berspeda di tengah kota.
Setelah sukses mengembangkan EV dan baterai, Tiongkok juga mulai membangun kendaraan berbahan bakar Hidrogen. Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei Tiongkok Tengah, mengumumkan rencana untuk membangun hingga 20 stasiun pengisian bahan bakar hydrogen, untuk melayani 3.000 kendaraan yang didukung oleh sel bahan bakar hydrogen (fuel cell).
Di Shanghai dipasang 50 stasiun pengisian bahan bakar hidrogen dan mampu melayani 20.000 kendaraan penumpang hidrogen pada tahun 2025. Banyak perusahaan mobil domestik secara aktif menyusun rencana sel bahan bakar hidrogen mereka. Dana riset Triliunan Yuan digelontorkan untuk program bahan bakar ini.
Hidrogen merupakan gas dan unsur paling ringan, serta 14 kali lebih ringan daripada udara. Tumpahan gasnya langsung berdifusi ke udara, dan tidak mencemari tanah atau air tanah. Hidrogen tidak berwarna, tidak bau dan tidak beracun. Tidak menimbulkan hujan asam, melubangi ozon, atau menghasilkan emisi berbahaya.
Inspirasi yang bisa kita dapat dari Tiongkok adalah, bagaimana Tiongkok sangat serius dalam mencari alternatif baru untuk sumber energi (non fosil) yang dapat memenuhi kebutuhan dalam negerinya, tanpa merusak alam mereka sendiri. Bagaimana Tiongkok serius melakukan riset. Dana riset yang digelontorkan sangat besar, dan hasilnya juga bisa dilihat dan dirasakan oleh siapa saja.
Tiongkok sangat peduli dengan lingkungan, dan keselamatan planet bumi. Tiongkok terbukti mampu mengatasi turunnya daya dukung ekologis sehingga harapan bahwa bumi bisa ditempati lebih lama oleh manusia semakin nyata. Tiogkok tidak hanya berpikir untuk hari ini. Tapi berpikir dan berbuat untuk hari esok. Untuk generasi mendatang. Itu bisa kita jadikan isnpirasi bagi Indonesia, khususnya, dan masyarakat dunia pada umumnya.
Pembangunan harus berkelanjutan, tapi perlu ada inovasi-inovasi baru yang dapat memberikan nilai tambah secara signifikan, memudahkan, sekaligus tidak berdampak buruk pada lingkungan, dan bumi sebagai tempat kita berpijak.