Christine Susanna Tjhin
Direktur Komunikasi dan Kajian Strategis - Gentala Institute, Indonesia
Sejak Kebijakan Reformasi dan Pintu Terbuka era Deng Xiaoping, Tiongkok telah mengalami beberapa lompatan modernisasi yang tidak hanya mengangkat rakyat Tiongkok keluar dari lubang kemiskinan, namun juga menempatkan Tiongkok di posisi kepemimpinan global bersama sejumlah negara maju lainnya.
Lompatan terkini marak di ranah teknologi tinggi dan digital, di mana transformasi digital Tiongkok telah lebih jauh melontarkan proses modernisasinya. Pemerintah Tiongkok memang memegang peran utama dalam menelurkan peraturan dan kebijakan, meski tentunya di saat sama, peran sektor swasta dan investasi asing juga tidak bisa disepelekan. Banyak pelajaran inspiratif dari Tiongkok yang bisa kita tarik untuk membantu proses modernisasi Indonesia.
Transformasi digital (TD) Tiongkok didorong oleh beberapa sektor utama: Manufaktur, Agrikultur, Keuangan, Layanan Teknologi Informasi, Ekonomi Digital, Logistik dan Rantai Pasokan, serta Kesehatan.
Mengingat kondisi Indonesia, terutama terkait dengan risiko de-industrialisasi yang sedang kita khawatirkan, makalah ini akan menarik contoh dari sektor industri manufaktur di Tiongkok.
Kebijakan Mendorong TD di Sektor Manufaktur
Pemerintah Tiongkok telah mengupayakan agar rangkaian solusi cerdas dapat diintegrasikan ke dalam proses manufaktur, antara lain: Internet of Things seluler, Cloud computing, robotika, Big Data dan Kecerdasan Buatan (AI). Dengan agenda Inisiatif Manufaktur Cerdas dan strategi 《中国制造2025》, misalnya, pemerintah Tiongkok memfokuskan kebijakan digitalisasi sektor industri untuk menumbuhkan Kekuatan Produktif Baru yang berkualitas.
Pemerintah mendorong percobaan pembentukan Bengkel Digital dan Pabrik Cerdas. Dalam liputan China Daily disebut bahwa hingga September 2023, jumlahnya telah mencapai hampir 8.000, sepertiganya telah menyelesaikan proses transformasi digital dan 209 telah menjadi pusat demo Pabrik Cerdas kaliber global.
Kemajuan yang tercatat dari pabrik-pabrik tersebut: Penyingkatan waktu penelitian dan pengembangan produk (waktu yang digunakan berkurang 20,7%); Peningkatan efisiensi produksi (34,8%); dan Penurunan jumlah produk cacat (27,4%).
Prioritas Digitalisasi sektor UKM
Prioritas lainnya mencakup peningkatan kapasitas teknologi dan digital bagi UKM melalui pembaruan teknologi sarana, prasarana serta perangkat UKM. Kebijakan terbaru dapat dilihat dalam “Pedoman Transformasi Digital UKM” yang dikeluarkan Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi Tiongkok pada November 2022. Di sana dijelaskan sejumlah upaya pemerintah dalam memfasilitasi transformasi digital yang ilmiah dan efisien bagi UKM, penyedia layanan transformasi digital, dan otoritas lokal. Termasuk di dalamnya: Digitalisasi manajemen, layanan dan penilaian kinerja, serta integrasi dengan platform Internet industri.
Pedoman ini juga menekankan pembangunan hubungan simbiosis antara perusahaan besar yang membangun platform digital dan UKM yang memperoleh manfaat dari platform tersebut. Dukungan berbentuk pendanaan, layanan (services), dan peningkatan kapasitas manusia, seiring dengan optimalisasi lingkungan eksternal dan ekosistem digital. Provinsi Shenzhen dan Guangdong telah secara agresif menguji-coba subsidi untuk upaya digitalisasi UKM setempat, terutama terkait efisiensi konsumsi energi listrik.
Strategi Inovasi Kolaboratif
Yang tak kalah penting adalah program Inovasi Kolaboratif, di mana integrasi sektor hulu dan hilir akan dipermudah dan dipercepat. Pemerintah mendorong perusahaan untuk menyiapkan “unit manufaktur cerdas” untuk mengekspor pengalaman transformasi digital mereka ke perusahaan lain di sektor hulu dan hilir, sehingga menciptakan sinergi di seluruh rantai industri.
Pengembangan Sistem Ekologi Kolaboratif yang baik menjadi prioritas target untuk menjamin keberhasilan transformasi digital. Sistem ini meliputi integrasi kemampuan penelitian ilmiah, keunggulan sumber daya, dan mode kerja sama antar perusahaan.
Perjalanan panjang kebijakan yang pro teknologi tinggi dan digitalisasi ini mulai membuahkan hasil. Pada tahun 1995, proporsi kontribusi Tiongkok hanya 3% dari ekspor manufaktur dunia. Angkanya melonjak menjadi 35% pada tahun 2023. Menurut database TiVA dari Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) tahun 2023, Tiongkok adalah negara adidaya manufaktur di dunia dengan kapasitas produksi yang melebihi total sembilan negara produsen terbesar berikutnya, termasuk: Amerika, Jepang, Jerman, India, Korea Selatan, Italia, Prancis, Inggris. (Baldwin et al. 2022). Laporan “World Manufacturing Production Q3 2023” dari Organisasi Pengembangan Industri PBB (UNIDO) juga mengindikasikan hal serupa, meski dengan angka yang lebih konservatif.
Selain mendongkrak kapasitas daya saing, TD juga mendorong proses dekarbonisasi di sektor industry dengan aplikasi teknologi hijau yang berkelanjutan. Ada kesepakatan yang tak terucapkan bahwa meski di bagian awal TD ini memakan biaya yang sangat besar, namun keuntungan materi dan (yang lebih penting lagi) manfaat kemanusiaan yang akan diraih akan jauh lebih bernilai - seperti kesehatan, kelangsungan dan kualitas hidup manusia dan alam.
Sektor-Sektor Lain
Transformasi digital Tiongkok juga terjadi di sektor-sektor lain. Dalam sektor perawatan kesehatan, Tiongkok mencanangkan program Solusi Layanan Kesehatan Berbasis Data. Penggunaan Big Data dan AI memungkinkan pengelolaan informasi penyakit yang lebih baik, pengobatan yang sesuai kebutuhan personal, penyederhanaan operasional dan kemampuan merespon kebutuhan kesehatan masyarakat secara lebih efisien. Fasilitas telemedis, catatan kesehatan elektronik, aplikasi manajemen kesehatan telah menjadi semakin umum, terutama di era paska pandemi.
Sektor pertanian Tiongkok juga sedang bertransformasi. Peningkatan produktivitas dan inovasi dalam produksi, pemrosesan dan distribusi, hingga peningkatan efisiensi agrobisnis secara keseluruhan menjadi target TD. Pelaku industri didorong untuk memakai perangkat dan mesin-mesin pertanian cerdas, seperti otomasi mesin, penggunaan satelit Beidou (satelit buatan dalam negeri sebagai alternatif sistem GPS) untuk pengumpulan data tentang sawah-sawah, manajemen dan perencanaan pertanian - mulai dari pembibitan, distribusi pupuk dan perawatan anti-hama/penyakit, hingga proses panen dengan kapasitas navigasi mesin-mesin tanpa awak yang efektif dan ramah lingkungan.
Dalam sektor keuangan dan fintech, misalnya, revolusi sistem tanpa tunai telah begitu efektif, praktis masyarakat tidak lagi membawa-bawa uang tunai. Reformasi sektor keuangan sempat menciptakan guncangan, namun realitanya ada kebutuhan stabilitas ekonomi yang mensyaratkan reformasi yang gradual dan menjamin kepentingan masyarakat banyak ketimbangan keuntungan korporasi semata. Dengan kehadiran teknologi Kecerdasan Artifisial dan Big Data Analytics, pelayanan pelanggan dapat diperbaiki dan dijamin keamanannya.
Visi Indonesia Digital (VID) Menuju Indonesia Emas 2045
Sejak diluncurkan 2023 oleh Kemenkominfo, VID didesain untuk menjawab tantangan kesenjangan digital, mendorong pembangunan infrastruktur digital yang merata dan inklusif, serta mendorong inovasi dan kewirausahaan di Indonesia. Sejumlah program BRI telah diarahkan untuk menciptakan ekosistem infrastruktur yang diharapkan akan lebih baik.
Dibanding dengan pertumbuhan e-commerce di Indonesia yang begitu dinamis, pengembangan sektor manufaktur cerdas masih belum kuat geliatannya. Ada indikasi yang bisa diharapkan. Tahun lalu, Menteri Perindustrian RI menyebutkan bahwa sektor manufaktur RI memasuki Top 10 Manufaktur Global dengan kontribusi mencapai 1,4% dari manufaktur global.
Output industri tahun 2020 sebesar US$210,4 miliar, meningkat menjadi US$228,32 miliar tahun 2021 dan di tahun 2022 meningkat lagi menjadi US$241,87 miliar. Hal ini jelas berdampak positif pada sektor transportasi, energi, pertanian, perkebunan, dan kelautan yang merupakan sumber bahan baku dan input produksi sektor manufaktur. Laporan UNIDO juga mencatat bahwa terhitung sejak 2020, trend tingkat pertumbuhan manufaktur RI ada di peringkat 2 (5%) dan China di peringkat 3 (3,5%).
Sinergi Strategis Digital dalam Kerjasama Bilateral
Dalam pidatonya di Forum Kerjasama Internasional BRI tahun 2017, Presiden Xi Jinping menekankan pentingnya pertukaran antar masyarakat di bidang iptek dan mencetuskan sejumlah inisiatif, antara lain pembangunan dan pembinaan laboratorium dan pusat riset gabungan, Taman Iptek, pertukaran kunjungan riset dan pelatihan, dan Platform Layanan Big Data tentang Perlindungan Ekologi dan Lingkungan.
Sinergi strategis dalam kerjasama digital antara Indonesia dan Tiongkok menjadi sangat penting untuk bisa mendorong penguatan Visi Indonesia Digital menuju Indonesia Emas. Laporan UNIDO telah menegaskan bahwa meski terimbas beratnya tantangan global paska pandemi, output dari industri berteknologi tinggi adalah satu-satunya yang pertumbuhannya terus meningkat secara dinamis. Industri dengan klasifikasi sektor berteknologi menengah-tinggi dan tinggi (terutama otomotif dan transportasi, perangkat elektrik, serta komputer dan elektronik) mencapai pertumbuhan 2,2% per tahun, sedangkan industri lainnya justru menurun 0.7%. Indonesia perlu tanggap berpartisipasi dalam perkembangan terbaru ini.
Indonesia perlu menyambut baik dan mempersiapkan diri untuk bekerjasama dengan Tiongkok, mengingat telah berulangkali kepemimpinan Tiongkok di tingkat nasional dan provinsi pun terus menegaskan bahwa transfer teknologi dan pemberdayaan manusia melalui iptek menjadi salah satu prioritas agenda kerjasama bilateral. Peluang pembangunan baru bagi dunia akan mendapat dorongan kuat dari sinergi strategis digital dalam kerjasama bilateral antara Indonesia dan Tiongkok.