Kantor Berita Republik Islam (IRNA) hari Jumat kemarin (2/8) mengutip Menteri Intelijen Iran Esmaeil Khatib yang mengatakan bahwa peristiwa pembunuhan pemimpin Politbiro Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) Ismail Haniyeh dilakukan oleh rezim Israel setelah mendapat izin AS.
Menurut laporan IRNA, Penjabat Menteri Luar Iran, Ali Bagheri Kani, dalam pembicaraan telepon dengan Wakil Senior Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Josep Borrell pada hari yang sama, mengecam sejumlah negara Eropa tertentu dengan AS bersama-sama mencegah Dewan Keamanan PBB untuk mengecam peristiwa pembunuhan Haniyeh. Bagheri menegaskan bahwa insiden pembunuhan Haniyeh yang melanggar kedaulatan negara dan keutuhan wilayah Iran ini akan membahayakan perdamaian dan stabilitas regional dan global. Dia menegaskan kembali bahwa Iran akan menggunakan hak sahnya yang sesuai dengan hukum untuk menghukum “geng kriminal Israel.”
Korps Pengawal Revolusi Islam Iran pada tanggal 31 Juli mengkonfirmasi, pada hari yang sama, Haniyeh dan seorang pengawalnya diserang dan dibunuh di kediaman mereka di Teheran, ibu kota Iran. Haniyeh menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Pezeshkian pada 30 Juli. Pezeshkian pada tanggal 31 Juli mengatakan bahwa Iran akan membela integritas dan kehormatan teritorialnya, ikatan antara Iran dan Palestina akan menjadi lebih kuat.
Setelah Haniyeh dibunuh, belum ada organisasi dan individu yang mengaku bertanggung jawab atas serangan ini. Israel juga belum menanggapi peristiwa tersebut.