Mengapa Penampilan Kontingen Tiongkok di Olimpiade Dapat “Menarik Fans” dari Seluruh Dunia

2024-08-13 11:34:35  

Setelah 19 hari, Olimpiade Paris 2024 akhirnya ditutup pada tanggal 11 Agustus lalu. Yang membanggakan orang Tiongkok adalah, kontingen Tiongkok berhasil memperoleh 40 medali emas, 27 medali perak dan 24 medali perunggu, dan ini merupakan hasil terbaik dalam sejarah  partisipasi Tiongkok dalam Olimpiade Musim Panas di luar wilayah, “telah mewujudkan panen ganda prestasi olahraga dan peradaban spiritual”. Prestasi ini telah menjelaskan semangat olahraga Tionghoa dan semangat Olimpiade, menjadi kartu nama Tiongkok yang indah, dan telah menarik fans dari seluruh dunia dalam jumlah besar.

Pada Olimpiade kali ini, kontingen Tiongkok telah menciptakan rekor di banyak cabang olahraga, pertama kali merebut juara tunggal putri tenis, juara estafet renang gaya gabungan 4x100 meter putra, memecahkan dominasi AS dalam nomor olahraga tersebut selama 40 tahun, serta pertama kali merebut medali emas renang indah, senam ritmik dan BMX gaya bebas. Dengan dorongan moto Olimpiade “lebih cepat, lebih tinggi, lebih kuat, bersama” (Faster, Higher, Stronger-Together), kontingen Tiongkok berupaya untuk meraih “medali emas yang bermoral, medali emas yang beretika dan medali emas yang bersih”, dan memberikan vitalitas yang baru kepada Olimpiade.

Di antaranya, satu demi satu wajah pemuda Tiongkok mengesankan dunia. Pan Zhanle yang berusia 20 tahun memecahkan rekor dunia, dalam kepercayaan dirinya terlihat wibawanya. Zheng Qinwen yang berusia 21 tahun mengalahkan “lawan yang kuat” dan memperoleh julukan “Queen Wen”. “Teknik Penghilang Percikan Air” Quan Hongchan yang berusia 17 tahun lebih matang lagi, saat menerima wawancara, meskipun malu-malu ia tak kehilangan selera humornya. Atlet-atlet kelahiran “pasca tahun 2000” ini telah tumbuh menjadi kekuatan utama olahraga kompetisi Tiongkok. Sama dengan generasi sebelumnya, mereka memprioritaskan reputasi negara, tapi penuh kepribadian dan bersemangat. Dari mereka, dunia luar dapat melihat kepercayaan diri, keterbukaan dan optimisme kaum muda Tiongkok di era baru.

Sebagai arena kompetisi olahraga tingkat tertinggi di dunia, Olimpiade tidak menjadikan pertandingan sebagai satu-satunya tema. Dia juga menjadi “lambang persatuan dan persahabatan, serta hasil dari saling pembelajaran peradaban”, memuat dambaan indah manusia terhadap perdamaian, persatuan dan kemajuan.

Ketika pebulu tangkis puteri Tiongkok He Bingjiao naik panggung untuk menerima penghargaan dengan lencana Komite Olimpiade Spanyol, dan mendoakan lawannya, atlet Spanyol Carolina Martín yang mengundurkan diri karena cedera agar ia cepat sembuh, Komite Olimpiade Internasional IOC berkomentar, “inilah arti dari nilai Olimpiade”. Dalam acara penganugerahan medali ganda campuran tenis meja, atlet-atlet dari Tiongkok, Korea Utara dan Korea Selatan berfoto bersama, dan mendapat banyak pujian dari netizen. Tim senam ritmik Tiongkok dengan gaya dinasti Han dan Tang sebagai tema, menyampaikan keindahan dari Timur kepada dunia. Semua ini sekali lagi membuktikan, olahraga sebagai suatu bahasa, dapat melintasi batas negara, perbedaan ras dan budaya, mengatasi bentrokan dan perselisihan yang ada, serta mendorong pertukaran peradaban dan saling pengertian. Di latar belakang semakin tegangnya geopolitik dunia saat ini, hal ini sangat bernilai.

Dalam arena pertandingan olahraga di masa depan, Tiongkok akan terus berusaha mengembangkan semangat Olimpiade, mendorong perdamaian dan persatuan dunia, serta memberikan lebih banyak kecerdasan dan kekuatan Tiongkok untuk kemajuan peradaban manusia.