Luncurkan Mekanisme "2+2", Kerja Sama Indonesia dan Tiongkok Bangun Stabilitas Regional

2024-08-16 16:56:51  

 Pertemuan Pejabat Senior Mekanisme Dialog "2+2" antara Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan Indonesia dan Tiongkok diselenggarakan di Jakarta, pada tanggal 13 Agustus 2024.

Dalam pertemuan tersebut, Tiongkok menyatakan pendirian dan usulan yang jelas mengenai isu-isu yang menyangkut kepentingan inti dan kekhawatiran utama Tiongkok seperti isu Selat Taiwan dan Laut Tiongkok Selatan.

Sebagai tanggapan, Indonesia menyatakan komitmennya terhadap prinsip Satu Tiongkok dan mengusulkan penangangan perselisihan secara tepat melalui perundingan damai, demi menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut Tiongkok Selatan.

 


Ini adalah mekanisme "2+2" tingkat menteri pertama yang dibangun Tiongkok dengan negara lain. Dipilihnya Indonesia sebagai mitra pertama Tiongkok dalam mekanisme "2+2" tingkat menteri adalah langkah penting dan strategis dalam hubungan Tiongkok-Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir, kedua belah pihak terus meningkatkan rasa saling percaya dan sering melakukan komunikasi tingkat tinggi di biddag politik.

Pada bulan Maret tahun ini, Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto melakukan kunjungan ke Tiongkok untuk pertama kalinya setelah dipastikan terpilih sebagai Presiden Indonesia untuk periode mendatang.

 

Pada bulan April lalu, Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi mengunjungi Indonesia dan memimpin Pertemuan Keempat Mekanisme Kerja Sama Dialog Tingkat Tinggi Tiongkok- Indonesia.

Di bidang ekonomi dan perdagangan, kerja sama kedua negara juga semakin erat. Indonesia dan Tiongkok telah menjalin kemitraan strategis komprehensif selama lebih dari 10 tahun.

 

Inisiatif "Belt and Road" yang diusulkan oleh Tiongkok dan strategi "Poros Maritim Dunia" yang diajukan oleh Indonesia saling bersinergi dan telah mencapai hasil yang sangat besar. 

Hingga Juli tahun ini, Kereta Cepat Jakarta-Bandung telah mengangkut lebih dari 4 juta penumpang. Pada perayaan HUT RI ke-79, sistem kereta cepat pintar (ART) tak berawak buatan Tiongkok mulai uji operasi di Ibu Kota Nusantara.

 

Sedangkan dari sisi keamanan regional, pembentukan mekanisme dialog "2+2" antara Indonesia dan Tiongkok akan secara efektif mendorong perdamaian dan stabilitas regional. Saat ini, situasi internasional semakin kompleks dan situasi keamanan regional menghadapi banyak tantangan.

Kekuatan "ekstra-regional" yang dikepalai oleh Amerika Serikat terus menghasut negara-negara di sekitar Tiongkok, ini adalah sebuah upaya untuk menghambat perkembangan Tiongkok. Terkait isu Laut Tiongkok Selatan, Amerika Serikat telah menghasut Filipina untuk memperkuat kerja sama militer.

Pemerintah Filipina telah menyetujui penempatan sistem rudal jarak menengah Amerika Serikat di Filipina, hal ini tidak diragukan lagi semakin memperburuk ketegangan di Laut Tiongkok Selatan.

Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki peran besar dalam mengelola konflik dan mendorong dialog antara negara-negara yang berkonflik.

Melalui mekanisme dialog "2+2", Indonesia dan Tiongkok dapat memperkuat komunikasi mengenai isu terkait Laut Tiongkok Selatan, memposisikan diri dan bersama-sama mempromosikan pendekatan "multi-track" untuk menyelesaikan isu bersangkutan, serta mencegah campur tangan kekuatan eksternal dalam urusan Laut Tiongkok Selatan.

Tahun depan adalah peringatan 75 tahun terjalinnya hubungan diplomatik antara Indonesia dan Tiongkok. Hubungan kedua negara berada pada titik baru dalam sejarah dan menyambut peluang pembangunan yang penting. 

Dengan diluncurkannya mekanisme dialog "2+2", kita mempunyai banyak alasan untuk percaya bahwa dengan upaya bersama kedua belah pihak, hubungan Indonesia-Tiongkok akan membuka babak baru dan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap perdamaian dan stabilitas di kawasan bahkan dunia.