Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Lin Jian, hari Kamis kemarin (15/8) menyatakan bahwa Tiongkok mendesak pihak Jepang untuk dengan sungguh-sungguh menaati komitmennya, melakukan introspeksi terhadap sejarah agresinya, serta berhati-hati dalam bertindak dan berbicara tentang isu sejarah seperti Kuil Yasukuni dan lain sebagainya, secara tuntas melepaskan diri dari militerisme, menempuh jalan pembangunan damai, serta berupaya memperoleh kepercayaan negara-negara tetangga Asia dan masyarakat internasional dengan tindakan nyata.
Dikabarkan, pada tanggal 15 Agustus kemarin, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida telah mempersembahkan Tamagushi kepada Kuil Yasukuni atas nama Ketua Partai Demokratik Liberal. Selain itu, juga terdapat beberapa anggota kabinet seperti menteri pertahanan dan menteri regenerasi ekonomi Jepang serta sejumlah anggota kongres telah berziarah ke kuil Yasukuni. Dalam jumpa pers hari Kamis (15/8) kemarin, ada wartawan menanyakan komentar pihak Tiongkok atas hal tersebut.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Jubir Lin Jian mengatakan, pada hari yang sama 79 tahun yang lalu, Jepang telah menerima “Deklarasi Potsdam”, yang menandakan bahwa Jepang telah menyerah tanpa syarat. Rakyat Tiongkok bersama rakyat sedunia telah mengalahkan agresor militerisme Jepang dan Fasisme, dan telah mencapai kemenangan jaya keadilan mengalahkan kejahatan, cahaya mengalahkan kegelapan, dan kemajuan mengalahkan reaksi. Momen historis tersebut patut diingat selamanya oleh masyarakat internasional.
Lin Jian menyatakan, Kuil Yasukuni adalah alat dan simbol spiritual bagi kelompok militerisme Jepang yang melancarkan perang agresi, dan memuja penjahat perang kelas A Perang Dunia II. Perilaku sejumlah politikus Jepang dalam masalah Kuil Yasukuni sekali lagi mencerminkan sikap keliru pihak Jepang dalam memandang isu sejarah. Tiongkok telah mengajukan representasi serius kepada pihak Jepang dan menyampaikan pendirian seriusnya.
“Memandang tepat dan melakukan introspeksi mendalam terhadap sejarah agresi merupakan prasyarat penting bagi Jepang untuk membangun dan mengembangkan hubungan kerja sama bersahabat dengan negara-negara tetangga Asia pasca perang.” Jubir Lin Jian mengatakan, Tiongkok mendesak pihak Jepang untuk dengan sungguh-sungguh menaati komitmennya dan melakukan introspeksi terhadap sejarah agresinya, berhati-hati dalam bertindak dan berbicara tentang isu sejarah seperti Kuil Yasukuni, dengan tuntas melepaskan diri dari militerisme, menempuh jalan pembangunan yang damai, serta berupaya memperoleh kepercayaan negara-negara tetangga Asia dan masyarakat internasional dengan tindakan nyata.