Dilaporkan, Presiden AS Joe Biden mengesahkan sebuah rencana strategis nuklir yang sangat rahasia. Strategi tersebut untuk pertama kalinya mengajukan rencana untuk menghambat Tiongkok dengan alasan meningkatnya gudang senjata nuklir Tiongkok. AS juga menyebut akan memperluas gudang senjata nuklirnya secara besar-besaran setelah Perjanjian Perlucutan Senjata Strategis berakhir pada bulan Februari tahun 2026, untuk bersama-sama menghadapi tantangan dari Rusia, Tiongkok, Iran dan Korut yang bersenjata nuklir.
Menanggapi hal tersebut, Jubir Kementerian Pertahanan Tiongkok Wu Qian dalam jumpa pers hari Kamis kemarin (29/8) mengatakan, Tiongkok menentang tegas AS memperluas gudang senjata nuklirnya seraya melimpahkan tanggung jawabnya di bidang perlucutan senjata nuklir dengan dalih “ancaman nuklir Tiongkok” yang sebenarnya tidak ada. Tiongkok mempertahankan strategi nuklir untuk tujuan pertahanan diri, dan selalu menjaga kekuatan nuklir pada level terendah untuk keamanan negara. Seperti yang telah diketahui umum, AS memilik gudang senjata nuklir terbesar di dunia, namun bersikeras melaksanakan kebijakan pencegahan nuklir berdasarkan penggunaan senjata nuklir terlebih dahulu. Selama ini, AS mengalokasikan sejumlah besar dananya untuk mendorong miniaturisasi senjata nuklir demi penerapannya dalam perang, melakukan standar ganda dalam masalah proliferasi nuklir secara serius mengancam kestabilan strategis global. Tiongkok mendesak AS untuk mengesampingkan mentalitas perang dingin, lebih lanjut melucuti gudang senjata nuklirnya secara signifikan, berhenti “berbagi nuklir”, “memperluas pencegahan” dan membentuk “aliansi nuklir”, serta berupaya mendorong perdamaian dan stabilitas dunia dengan tindakan nyata.