Menjelang pembukaan Pertemuan Puncak Forum Kerja Sama Tiongkok-Afrika (FOCAC) 2024, yakni tepatnya pada hari Senin kemarin (2/9), Presiden Tiongkok Xi Jinping menggelar pertemuan atau pembicaraan dengan 9 kepala negara Afrika yang datang ke Tiongkok untuk menghadiri pertemuan tersebut. Dalam kesempatan itu, kedua belah pihak meninjau kembali persahabatan yang terjalin antara satu sama lain, mengumumkan posisi baru dalam hubungan bilateral dan membahas cetak biru kerja sama Tiongkok-Afrika di masa mendatang. Suara kerja sama yang berkumandang dari kedua belah pihak tersebut menandai hubungan Tiongkok dan Afrika telah mencapai ketinggian yang baru.
Sebuah Pesta yang Menjembatani Masa Lalu dan Masa Depan
Selama Konferensi Asia Afrika (KAA) yang berlangsung di Bandung pada tahun 1955, para pemimpin Tiongkok dan Afrika untuk pertama kalinya “melintasi gunung dan laut” berjabatan tangan, menandai terbukanya prolog pertukaran bersahabat antara Tiongkok sebagai negara berkembang terbesar dengan Afrika, benua dengan negara-negara berkembang terpadat.
Di awal abad yang baru, lahirlah Forum Kerja Sama Tiongkok-Afrika. Melalui perkembangan selama 24 tahun, forum tersebut telah berkembang menjadi “keluarga besar” yang beranggotakan 55 negara, antara lain Tiongkok dan 53 negara Afrika yang telah menjalin hubungan diplomatik dengan Tiongkok serta Komisi Uni Afrika. Forum Kerja Sama Tiongkok-Afrika (FOCAC) telah diadakan tiga kali, masing-masing pada tahun 2006, 2015 dan 2018, yang menjadi tonggak penting dalam kerja sama Tiongkok dan Afrika.
Presiden Xi Jinping memandang penting pekerjaan terhadap Afrika, dan menaruh perhatian besar pada forum tersebut.
Dalam pertemuan puncak FOCAC yang digelar di Johannesburg pada tahun 2015, Presiden Xi menetapkan posisi baru kemitraan kerja sama strategis dan komprehensif Tiongkok-Afrika dengan mengemukakan “Sepuluh Rencana Kerja Sama” yang bakal dilaksanakan bersama oleh Tiongkok dan Afrika.
Dalam pertemuan puncak di Beijing pada tahun 2018, Presiden Xi mendorong Tiongkok dan Afrika untuk bergandengan tangan membentuk komunitas senasib sepenanggungan Tiongkok-Afrika yang lebih erat di era baru melalui pelaksanaan “Delapan Aksi Utama”.
Dalam pertemuan tingkat menteri ke-8 FOCAC pada tahun 2021, Presiden Xi mengajukan “semangat kerja sama bersahabat Tiongkok-Afrika”, dan mengumumkan “Sembilan Proyek” kerja sama pragmatis Tiongkok-Afrika.
“Mata Berita Politik Terkini” mencatat, dari tema-tema yang disinggung dalam tiga pertemuan puncak FOCAC sebelumnya, kata “bergandengan tangan” atau kerja sama adalah kata kunci yang sering muncul.
Tiongkok dan negara-negara Afrika dengan populasi sebanyak 2,8 miliar jiwa, akan membawa pengaruh luas pada dunia jika berjalan bahu membahu menuju modernisasi.
FOCAC yang Padat Agenda
Pada hari Senin kemarin (2/9), di Aula Timur Balai Agung Rakyat, Presiden Xi Jinping menggelar pertemuan intensif dengan 9 kepala negara Afrika.
“Posisi Baru” yang Jadi Sorotan
Dalam 9 pertemuan atau pembicaraan tersebut, Presiden Xi dan 6 kepala negara Afrika mengumumkan posisi baru dalam hubungan bilateral. Fenomena tersebut dinilai “sangat” luar biasa.
Di antaranya, hubungan Tiongkok dan Afrika Selatan ditingkatkan menjadi kemitraan kerja sama strategis multi pihak di era baru, hubungan Tiongkok dengan Mali, Komoro dan Seychelles dinaikkan menjadi hubungan kemitraan strategis, sedangkan hubungan Tiongkok dengan Togo dan Djibouti ditingkatkan menjadi hubungan kemitraan strategis komprehensif.
Yang patut disebut ialah, hubungan Tiongkok dengan Eritrea dan Kongo (Kinshasa) telah ditingkatkan menjadi kemitraan strategis dan kemitraan kerja sama strategis komprehensif, masing-masing pada tahun 2022 dan 2023.
Selain pemosisian baru hubungan bilateral, Presiden Xi dalam pertemuan dan pembicaraan kemarin mengungkapkan pula bahwa Tiongkok dan Afrika akan menetapkan posisi baru hubungan Tiongkok-Afrika di era baru dalam pertemuan FOCAC kali ini, serta bersama membahas jalur spesifik untuk mendorong modernisasi
Dalam pertemuan puncak di Johannesburg tahun 2015, Presiden Xi dan para pemimpin negara-negara Afrika telah bersama menetapkan posisi baru dalam hubungan kemitraan kerja sama strategis komprehensif. Dalam pertemuan puncak FOCAC di Beijing kali ini, hubungan Tiongkok dan Afrika diharapkan akan mencapai jenjang yang baru.
“Kawan Seperjalanan” dalam Melintasi Gunung dan Laut
Presiden Xi berkali-kali menegaskan, Tiongkok selalu dengan teguh mendukung pembangunan modernisasi Afrika, dan bersedia berperan sebagai “kawan seperjalanan” Afrika dalam hal itu.
Pada hari Senin kemarin, Presiden Xi dan 9 kepala negara Afrika mengadakan pertemuan tatap muka untuk membahas rencana pembangunan, dan hal ini telah menyuarakan suara hati kedua belah pihak untuk berjalan bersama.
Dalam pertemuannya dengan Presiden Kongo (Kinshasa) Felix Tshisekedi, Presiden Xi mengatakan, kedua negara adalah kawan seperjalanan dalam proses menuju modernisasi masing-masing negara. Kedua pihak hendaknya menjadi teman tulus seperjalanan, sahabat yang saling menguntungkan dan menang bersama, serta sahabat yang bersama mengusahakan perdamaian.
Dalam pembicaraannya dengan Presiden Afrika Selatan Matamela Cyril Ramaphosa, Presiden Xi menegaskan bahwa dalam pemosisian baru hubungan Tiongkok-Afrika Selatan, diharapkan kedua belah pihak dapat menguasai “tiga arah utama”, termasuk arah politik untuk kemajuan bersama, arah kerja sama yang saling menguntungkan dan menang bersama, serta arah aspirasi masyarakat untuk persahabatan turun-temurun.
Simbol “jabatan tangan” FOCAC melambangkan persatuan yang berharga, dan memiliki energi tak terbatas. Sama seperti yang ditonjolkan oleh tema FOCAC tahun ini, yakni “Bergandengan tangan mendorong modernisasi, bersama membangun komunitas senasib sepenanggungan Tiongkok-Afrika yang berlevel tinggi”, rakyat Tiongkok dan Afrika beserta rakyat seluruh dunia akan maju bersama bergandengan tangan, dan akan bersama melukis gambaran baru modernisasi umat manusia yang beraneka ragam.