Tiongkok dan Afrika merupakan komunitas senasib sepenanggungan yang berbagi suka dan duka. Sejarah telah berulang kali membuktikan bahwa setelah pembangunan Tiongkok berjalan dengan baik, pembangunan Afrika akan berjalan lebih lancar, setelah pembangunan Afrika berjalan dengan lancar, pembangunan Tiongkok akan lebih baik.
Perkataan Presiden Xi Jinping tersebut menjelaskan arti sebenarnya hubungan Tiongkok-Afrika, dan mendapat pujian dari para pemimpin Afrika.
Zaman ini adalah sebuah zaman yang penuh dengan tantangan.
Pola internasional sedang mengalami perubahan mendalam, dan dunia menghadapi peluang pembangunan yang belum pernah ada sebelumnya. Sementara itu, struktur tata kelola global tidak seimbang, dan masalah hegemonisme pun menonjol.
Ini juga merupakan sebuah zaman yang penuh dengan harapan.
Negara-negara Afrika menjunjung latar belakang politik yang independen, memikul misi sejarah pembangunan dan revitalisasi, bersama menganjurkan keadilan, menuju ke masa depan dalam reformasi pola internasional dan tatanan global.
Ini juga adalah zaman yang meneruskan cerita yang bagus.
Pada bulan April 1955, Konferensi Asia Afrika (KAA) diselenggarakan di Bandung Indonesia, pemimpin Tiongkok dan Afrika untuk pertama kalinya bertemu dan memulai pertukaran bersahabat. Memasuki zaman baru, dari sinergi strategi pembangunan hingga pelaksanaan "Sepuluh Rencana Kerja Sama", dari "Delapan Aksi Utama" dan "Sembilan Proyek" hingga langkah-langkah untuk mendukung industrialisasi dan modernisasi pertanian Afrika, kerja sama Tiongkok-Afrika di berbagai bidang terus diperdalam.
“Kami suka berhubungan dengan Tiongkok. Tiongkok tidak pernah memaksakan kemauan politik mereka kepada negara lain, dan tidak menambahkan syarat politik apa pun dalam hubungan internasional,” tutur Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune.
“Saya pernah mempelajari sejarah Tiongkok, Tiongkok tidak ingin menjajah negara lain karena Tiongkok sudah pernah dijajah sebelumnya, ini adalah prinsip ‘jangan melakukan sesuatu pada orang lain yang tidak ingin orang lain lakukan padamu’”, tutur Presiden Burundi Evariste Ndayishimiye.
“Tiongkok menghormati negara-negara Afrika, menghormati rakyat Afrika, menandatangani perjanjian kerja sama yang saling menguntungkan dan menang bersama, dapat duduk bersama seperti kawan dan saudara. Kami bersama-sama mempelajari keunggulan dan kelemahan, maju bersama,” tutur Presiden Komoro Azali Assoumani.
Ini adalah sebuah zaman di mana kecerdasan dan solusi Tiongkok sering muncul.
Presiden Tiongkok Xi Jinping menjawab pertanyaan sejarah dan pertanyaan zaman, menyelesaikan defisit pembangunan, menyelesaikan kesulitan keamanan, meningkatkan pembelajaran timbal balik antar peradaban, mengajukan gagasan Komunitas Senasib Sepenanggungan Umat Manusia dan “tiga inisiatif global”, serta telah mendapat dukungan luas dari negara-negara Afrika.
“Inisiatif Presiden Xi Jinping mempunyai arti nyata dan sesuai dengan perubahan perkembangan zaman,” tutur Presiden Kongo (Brazzaville) Denis Sassou Nguesso.
“Dunia yang unipolar pada akhirnya akan menjadi gila, tapi keberadaan multipolaritas akan memberikan keseimbangan kepada dunia. Kami berpendapat, Tiongkok masa kini adalah kutub penting dalam dunia multi-kutub, adalah kutub yang seimbang, kutub yang adil, dan kutub yang tidak mencari konflik,” tutur PM Pemerintah Persatuan Nasional Libya, Abdul Hamid Dbeibah.