Seminar WTO Fokus pada Kontribusi Tiongkok dalam Tangani Perubahan Iklim

2024-09-11 16:10:48  


Di sela-sela Forum Publik WTO tahun 2024, Pusat Tiongkok dan Globalisasi (CCG) menggelar seminar bertema “Memitigasi Perubahan Iklim Global Melalui Transformasi Hijau Tiongkok: Perspektif, Peluang dan Tantangan” di Jenewa pada hari Selasa kemarin(10/9). Seminar tersebut berfokus pada kebijakan perdagangan, penanganan perubahan iklim dan kontribusi positif Tiongkok di bidang tersebut.

Seminar tersebut dipimpin oleh Presiden CCG Wang Huiyao, para wakil dari Tiongkok, AS, Eropa dan Afrika bersama-sama mendiskusikan isu-isu tersebut. Seminar ini mendapat tanggapan hangat dan dihadiri oleh lebih dari 100 perwakilan dari anggota WTO, media dan wadah pemikir.

Mantan Wakil Menteri Perdagangan Tiongkok, yang juga mantan Dirjen WTO Yi Xiaozhun dalam seminar tersebut menyatakan, industri energi baru Tiongkok telah berkontribusi positif di bidang pengurangan emisi karbon global, produk tenaga angin dan fotovoltaik Tiongkok membantu negara lainnya mengurangi 573 juta ton karbon dioksida, dan telah menyuplai produk energi baru yang lebih terjangkau kepada para konsumen di berbagai negara, yang bermanfaat untuk mengurangi tekanan inflasi negara terkait.

Yi Xiaozhun menunjukkan, perkembangan industri energi baru Tiongkok tidak mengandalkan subsidi pemerintah, subsidi tidak akan pernah dapat menciptakan industri yang berkembang dengan sehat. Perkembangan industri energi baru Tiongkok didorong oleh persaingan pasar yang sengit, iterasi teknologi yang cepat dan skala pasar yang semakin membesar. Kebijakan yang disusun pemerintah hanya memberikan pedoman di bidang pendorongan litbang, pembangunan infrastruktur dan pengembangan pasar konsumen. Sementara itu, kebijakan proteksionisme sejumlah negara mendatangkan dampak negatif yang serius bagi upaya global dalam menangani perubahan iklim.

Mantan Menlu Kenya Amina J. Mohammed menekankan, transformasi hijau di negara-negara Afrika akan mendatangkan peluang raksasa di bidang energi terbarukan, infrastruktur dan pengolahan logam, namun perlu menarik modal dan teknologi asing, serta mencapai produktivitas lokal dan meningkatkan kerja sama internasional, sebaliknya, perang subsidi dan proteksionisme akan mendatangkan tantangan besar bagi Afrika.

Seorang pakar terkenal kebijakan iklim UE berpendapat, walau terdapat pergesekan antara Eropa dan Tiongkok di bidang kendaraan listrik, namun Tiongkok memiliki posisi kepemimpinan yang tidak dapat disangkal dalam rantai industri energi baru, UE perlu mempertahankan kontaknya dengan Tiongkok, menarik perusahaan Tiongkok menanam modal di Eropa, dan berbagi bersama peluang pembangunan hijau.