Serangan udara Israel yang terus menerus di banyak tempat di Lebanon pada hari Senin lalu (23/9) mengakibatkan 492 orang tewas dan 1645 orang lainnya cedera, dan hari itu telah menjadi “hari paling berdarah” sejak konflik Lebanon-Israel meningkat. Masyarakat internasional khawatir Lebanon dan Israel terlibat dalam perang total, dan situasi di Timur Tengah menjadi semakin bergejolak.
Kementerian Kesehatan Lebanon dalam pernyataannya Senin malam mengatakan, serangan udara terpusat pada kota dan desa di daerah Bekaa dan Baalbek di bagian selatan dan timur Lebanon, dan korban tewas termasuk 35 anak-anak dan 58 wanita.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres hari Senin lalu dalam pernyataannya melalui jubirnya menyatakan terkejut atas jatuhnya korban tewas dalam jumlah besar akibat meningkatnya ketegangan situasi di sekitar “garis biru” perbatasan Israel-Lebanon, ia menyatakan prihatin terhadahp keselamatan rakyat sipil di kedua sisi “garis biru”, dan mengecam keras tindakan yang mengakibatkan korban tersebut. Guterres menegaskan kembali perlunya untuk segera meredakan situasi, dan berupaya keras untuk mencari solusi diplomatik, ia kembali mengimbau berbagai pihak untuk melindungi rakyat sipil dan infrastruktur sipil.
Pada hari Senin (23/9) lalu sebelum menghadiri Sidang Majelis Umum PBB di New York Amerika Serikat (AS), Komisaris Senior Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell menyatakan, konflik antara Israel dan Hezbollah Lebanon yang telah meningkat menjerumuskan Timur Tengah ke dalam perang total. Borrell mendesak pemimpin berbagai negara untuk berupaya keras mencegah konflik berlanjut.
Presiden Iran Masoud Pezeshkian hari Senin lalu (23/9) di New York mengatakan kepada media bahwa Iran mengharapkan perdamaian dan tidak ingin berperang, Iran tidak ingin menjadi penyebab ketidakstabilan situasi Timur Tengah. Ia menganggap bahwa Israel sedang mencoba menimbulkan perang total. Ia menekankan, perang total akan mendatangkan konsekuensi yang tak dapat diubah, dan masalah konflik Timur Tengah hendaknya diselesaikan melalui dialog.
Kementerian Luar Negeri Qatar pada hari Senin lalu mengeluarkan pernyataan, dengan “nada terkeras” mengecam serangan Israel terhadap Lebabon. Pernyataan tersebut mengatakan, penyebab utama meningkatnya konflik Israel-Lebanon adalah tidak adanya penjera apa pun terhadap tindakan Israel, Israel terus melanggar hukum internasional dan terhindar dari sanksi, hal itu telah memperburuk krisis dan mendatangkan bahaya kepada kawasan.
Kementerian Luar Negeri Turki hari Senin lalu mengatakan, serangan Israel terhadap Lebanon baru-baru ini “mencoba menyeret kawasan tersebut” ke dalam kekacauan, masyarakat internasional hendaknya “dengan tak ragu-ragu mengambil tindakan yang diperlukan”.
Juru Bicara Departemen Pertahanan AS Patrick Ryder, hari Senin lalu di depan jumpa pers mengatakan, mengingat ketegangan situasi di Timur Tengah, AS akan menambahkan sejumlah personel militer untuk memperkuat pasukan yang sudah ada di kawasan tersebut. Ia menyatakan tak dapat mengungkapkan lebih banyak detail, “hanya kekuatan militer dalam jumlah kecil saja”. Menurut laporan media AS, kini terdapat sekitar 40 ribu tentara AS yang ditempatkan di kawasan Timur Tengah.