Ashraf Siddiqui, presiden dan pemimpin redaksi media arus utama berbahasa Inggris Qatar "Asia Telegraph" baru-baru ini dalam sebuah artikelnya menunjukkan, pembangunan pesat Tiongkok menarik perhatian dunia, dan pengentasan kemiskinan Tiongkok pun telah memberikan percontohan yang berguna bagi negara-negara berkembang.
Siddiqui mengatakan, pada tahun 1980, Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Tiongkok hanya US$300. Sedangkan pada tahun 2022, angka ini melonjak menjadi US$12.741, dan PDB Tiongkok kini mencapai angka yang mengejutkan sebesar 17,9 triliun dolar AS, dan menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia menyusul AS. Menurut laporan Bank Dunia, Tiongkok diperkirakan akan menjadi negara berpenghasilan tinggi dalam lima tahun ke depan. Saat ini, Tiongkok telah merealisasi pengentasan kemiskinan hampir 800 juta orang, yang merupakan 75% total populasi yang berhasil pengentasan kemiskinan di seluruh dunia pada periode yang sama.
Siddiqui berpendapat, pemerintah Tiongkok telah memainkan peranan penting dalam proses tersebut. Dari 1980 hingga 2022, pemerintah menginvestasikan lebih dari US$700 miliar untuk mendukung keluarga miskin dan usaha kecil dan menengah.
Pendirian Siddiqui tersebut berasal dari pengalaman diri sendirinya. Dia menyatakan, dalam beberapa tahun terakhir, dengan mengunjungi banyak tempat di Tiongkok, dia secara langsung menyaksikan perubahan positif dan perkembangan inovatif di tempat-tempat tersebut. Siddiqui menunjukkan, sebagai salah satu daerah penting dari inisiatif "Satu Sabuk Satu Jalan", Daerah Otonom Xinjiang telah menarik banyak perusahaan asing dari negara-negara Teluk termasuk Qatar, terutama di bidang pertanian, yang memenuhi kebutuhan aktual negara-negara terkait seperti Qatar untuk menghadapi tantangan ketahanan pangan.
Siddiqui berpendapat, sekarang ini alokasi sumber daya Tiongkok sedang secara bertahap mengarah ke sektor swasta dan juga membuka pintu lembar bagi inovasi, teknologi maju , dan investasi dari luar negeri.
Selain itu, Tiongkok juga telah bekerja sama dengan negara-negara BRICS melalui inisiatif “Satu Sabuk Satu Jalan”, untuk lebih memperkuat keyakinan seluruh masyarakat untuk mewujdukan kesejahteraan bersama dan modernisasi sosialis. “Alokasi jangka panjang Tiongkok dalam pembangunan adalah model bagi negara-negara di seluruh dunia dan memberikan referensi yang berguna untuk pembangunan mereka.” , demikian kata Siddiqui.