Baru-baru ini, ada laporan yang menyatakan, menurut evaluasi Badan Intelijen Pertahanan Amerika Serikat (DIA), Tiongkok sedang dengan cepat meningkatkan dan memperluas rencana gudang senjata nuklir Angkatan Darat, Laut dan Udara. Menurut data dan komentar Institut Riset Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), persaingan senjata nuklir internasional semakin sengit, terhitung hingga Januari 2024, jumlah hulu ledak nuklir di dunia mencapai 12.121 buah, dan kemampuan tempur nuklir Tiongkok meningkat secara signifikan.
Hari Kamis kemarin sore (31/10), Kementerian Pertahanan Tiongkok mengadakan jumpa pers. Juru Bicara Kementerian Pertahanan Tiongkok Zhang Xiaogang ketika menjawab pertanyaan terkait menyatakan, dalam isu nuklir, senter yang dipegang AS hanya untuk menyoroti negara lain bukan dirinya sendiri. AS memiliki gudang senjata nuklir terbesar di dunia, tapi mereka menerapkan kebijakan untuk menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu, menakuti dan memeras negara lain dengan senjata nuklir, serta dengan semena-mena melakukan proliferasi nuklir, tindakannya telah mengancam keamanan dan kestabilan strategis global. AS menciptakan “ancaman nuklir Tiongkok” yang sebenarnya tidak ada hanya untuk menutupi niat jahatnya mempertahankan hegemoninya dengan nuklir.
Tiongkok menerapkan strategi nuklir untuk pertahanan dan pembelaan diri, dengan tegas berkomitmen untuk tidak menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu, selalu menjaga kekuatan nuklir pada level terendah demi keamanan negara, dan tidak berniat untuk terlibat dalam persaingan senjata dengan negara mana pun. Yang perlu ditunjukkan adalah, yang harus dilakuan AS bukanlah mengecam orang lain tanpa alasan, melainkan mengintrospeksi diri dan membetulkan kesalahannya, dengan sungguh-sungguh memenuhi tanggung jawab khusus dan prioritasnya dalam perlucutan senjata nuklir, serta dengan sungguh-sungguh mengambil tindakan nyata untuk memperkecil risiko keamanan strategis global.