Kemenlu Tiongkok Perkenalkan Keadaan Pertemuan Antara Kepala Negara Tiongkok dan AS

2024-11-17 15:47:01  

Pada sore hari tanggal 16 November waktu setempat, Presiden Tiongkok Xi Jinping bertemu dengan Presiden AS Joe Biden dalam rangka memenuhi  undangan di sela-sela KTT Informal APEC di Lima, Peru. Kementerian Luar Negeri Tiongkok memperkenalkan keadaan terkait:

Pertemuan ini merupakan pertemuan pertama antara Presiden Xi dan Presiden Biden setelah satu tahun berlalu. Kedua belah pihak meninjau hubungan Tiongkok-AS selama empat tahun terakhir, meringkaskan pelajaran dari pengalaman, dan melakukan komunikasi yang jujur, mendalam, dan konstruktif mengenai peningkatan dialog dan kerja sama selama masa transisi pemerintahan AS, mengelola dengan baik perselisihan, dan masalah internasional dan regional yang menjadi perhatian bersama. Komunikasi ssecara konstruktif ini telah menunjukkan arah perkembangan hubungan Tiongkok-AS.

Dalam empat tahun terakhir, meskipun hubungan Tiongkok-AS mengalami pasang surut, dialog dan kerja sama telah dilakukan di bawah kepemimpinan kedua kepala negara, dan kestabilan telah tercapai pada umumnya. Dalam pergaulannya dengan Presiden Biden, Presiden Xi Jinping menguraikan pendapat strategis, terarah, dan membimbing mengenai perkembangan hubungan Tiongkok-AS. Presiden Xi membandingkan hubungan Tiongkok-AS sebagai sebuah gedung besar.  

Dalam pertemuan virtual pada tahun 2021, Xi Jinping mengajukan kedua negara hendaknya saling menghormati, hidup berdampingan secara damai, dan bekerja sama serta menang bersama. Ini bagaikan atap bangunan hubungan Tiongkok-AS.

Pada pertemuan di Bali tahun 2022, kedua pihak berfokus pada pada empat garis merah Tiongkok mengenai masalah Taiwan, sistem ideologikal, demokrasi dan HAM, serta hak pembangunan, yang merupakan fondasi dari bangunan tersebut.

Ketika bertemu di San Francisco pada tahun 2023, Presiden Xi merekomendasikan agar Tiongkok dan AS bersama-sama menegakkan pemahaman yang benar, mengelola perselisihan secara efektif, mendorong kerja sama yang saling menguntungkan, memikul tanggung jawab sebagai negara besar, dan mendorong pertukaran antar masyarakat. Inilah lima pilar bangunan tersebut.

Pada pertemuan ini, Presiden Xi Jinping merangkum 7 poin pengalaman dan inspirasi, antara lain: Hendaknya memiliki pemahaman strategis yang benar, Berbicara secara jujur dan bertindak mematuhi komitmennya, hendaknya memperlakukan satu sama lain secara setara, jangan menantang garis merah dan garis bawah, hendaknya banyak berdialog dan bekerja sama, menanggapi harapan masyarakat dan menunjukkan tanggung jawab sebagai negara besar. Presiden Xi Jinping menekankan bahwa kedua pihak hendaknya terus berkontribusi untuk hubungan Tiongkok-AS dan dirinya bersedia bekerja sama dengan Biden dan penggantinya untuk mencapai tujuan ini.

Sejarah menunjukkan bahwa Tiongkok dan AS akan mendapatkan keuntungan dari kerja sama dan juga kerugian dari konfrontasi. Presiden Xi Jinping dengan tegas menyatakan bahwa "Jebakan Thucydides" bukanlah takdir sejarah, "Perang Dingin baru" tidak dapat dilawan dan tidak dapat dimenangkan, pembendungan Tiongkok tidak bijaksana dan, dan tidak akan berhasil. Sebagai dua negara besar di dunia, Tiongkok dan AS hendaknya menginjeksikan lebih banyak kepastian serta energi positif ke dalam dunia yang bergejolak saat ini.

Kedua pihak mencapai konsensus dalam pertemuan kepala negara ini. Termasuk: Kedua kepala negara menegaskan kembali tujuh poin konsensus mengenai prinsip-prinsip panduan hubungan Tiongkok-AS, yaitu saling menghormati, hidup berdampingan secara damai, memelihara komunikasi, mencegah konflik, mematuhi Piagam PBB, melakukan kerja sama dalam bidang kepentingan bersama, dan pengelolaan dan pengendalian yang bertanggung jawab. Secara bertanggungjawab mengendalikan persaingan dalam hubungan bilateral. Kedua pihak bersedia menjunjung tinggi prinsip-prinsip ini, terus menstabilkan hubungan Tiongkok-AS, dan mencapai transisi stabil.  

Sementara itu, kedua pihak tidak menghindari perselisihan. Presiden Xi Jinping menguraikan pendirian principal Tiongkok terhadap masalah penting.

Mengenai masalah Taiwan, Presiden Xi Jinping menekankan bahwa prinsip satu Tiongkok dan tiga komunike bersama Tiongkok-AS merupakan landasan politik hubungan bilateral dan harus selalu ditaati. Tindakan separatis “Taiwan Merdeka” tidak sesuai dengan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan. Jika AS ingin memelihara perdamaian di Selat Taiwan, kuncinya adalah mengetahui dengan jelas sifat "Taiwan Merdeka" dari Lai Qingde dan pihak berwajib Partai Progresif Demokratik, menangani masalah Taiwan dengan hati-hati dan bijaksana, dan dengan tegas menentang " Taiwan Merdeka". dan mendukung reunifikasi damai Tiongkok.

Terkait masalah Laut Tiongkok Selatan, Presiden Xi Jinping menekankan bahwa Tiongkok dengan tegas menjaga kedaulatan teritorial dan hak serta kepentingan maritimnya di Laut Tiongkok Selatan. Dialog dan konsultasi antar pihak terkait selalu menjadi cara terbaik untuk menangani perselisihan di Laut Tiongkok Selatan. AS tidak boleh bercampur tangan dalam perselisihan bilateral mengenai Kepulauan dan Terumbu Karang Nansha Qundao, dan tidak boleh memaafkan atau mendukung tindakan provokatif.

Menanggapi penindasan AS terhadap ekonomi, perdagangan, serta iptek Tiongkok, Presiden Xi Jinping menekankan bahwa hak rakyat Tiongkok atas pembangunan tidak dapat dicabut dan tidak dapat diabaikan. Semua negara mempunyai kebutuhan untuk menjaga keamanan nasional. Dalam menghadapi tantangan, “pemisahan hubungan” bukanlah solusi, dan “halaman kecil dan tembok tinggi” bukanlah tindakan negara besar. AS tidak bisa menggeneralisasi konsep keamanan nasional, apalagi menggunakannya sebagai alasan untuk menerapkan pembatasan dan menekan negara lain.

Terkait apa yang disebut serangan siber yang dilakukan Tiongkok, Presiden Xi Jinping mengatakan perkataan tersebut tidak berbukti dan tidak masuk akal. Tiongkok sendiri merupakan korban serangan siber internasional dan selalu menentang dan memukul serangan siber dalam bentuk apapun.

Menanggapi fitnahan dan lemparan AS terhadap Tiongkok dalam masalah internasional dan regional, Presiden Xi Jinping menekankan bahwa pendirian dan tindakan Tiongkok terhadap masalah Ukraina selalu bersifat terbuka, yaitu memediasi, membujuk perdamaian, dan mendorong perdamaian, berupaya untuk menenangkan situasi. Tiongkok tidak akan membiarkan terjadinya perang dan kekacauan di Semenanjung Korea, dan tidak akan berdiam diri dan menyaksikan keamanan strategis serta kepentingan inti Tiongkok mengalami ancaman.

Dalam pertemuan tersebut, Presiden Xi Jinping secara khusus menekankan "empat tidak berubah", yaitu tujuan Tiongkok terhadap pembangunan hubungan Tiongkok-AS yang stabil, sehat, dan berkelanjutan tidak berubah, dan prinsip Tiongkok yang menangani hubungan Tiongkok-AS berdasarkan sikap saling menghormati, hidup berdampingan secara damai, dan kerja sama yang saling menguntungkan tidak berubah. Posisi Tiongkok yang menjaga kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunannya tidak berubah, dan keinginannya untuk meneruskan persahabatan tradisional antara rakyat Tiongkok dan Amerika tidak berubah. Hal ini menandakan Tiongkok bersedia bekerja sama dengan pemerintah baru AS untuk memelihara dialog, memperluas kerja sama, dan mengelola perselisihan, berupaya memelihara hubungan Tiongkok-AS yang stabil dan menyejahterakan rakyat kedua negara.