Tahun ini genap 60 tahun kemenangan perang melawan Jepang di Tiongkok dan perang antifasis di dunia. Untuk memperingati hari kemenangan perang antifasis di seluruh dunia dan memperingatkan setiap orang Tiongkok jangan melupakan sejarah agresi yang berdarah itu, dalam acara kali ini akan kami ceritakan perang kimia yang dilakukan kaum agresor Jepang di Tiongkok dalam perang dunia kedua dan penderitaan amat besar yang dialami rakyat Tiongkok dalam dan perang kimia itu dan sesudahnya.
Berakhirnya Perang Dunia Ke-2 telah menyingkapkan fajar kepada rakyat yang kenyang menderita siksaan perang. Akan tetapi bagi rakyat Tiongkok bahaya yang didatangkan senjata kimia kaum agresor Jepang masih terus mengancam. Pada suatu malam musim gugur tahun 1974, Li Cheng buruh mesin kapal keruk dan rekan-rekannya tengah beroperasi di Sungai Heilongjiang Tiongkok timur laut, tiba-tiba terdengar suara gemerencang dari mesin pompa air dan kemudian mati mesinnya. Buruh Li Cheng dalam kenangannya mengatakan:
" Ketika itu kami mengangkat mesin pompa air dari sungai, terlihat suatu benda yang berbentuk peluru meriam menyumbat pompa air dan kepala benda itu dihancurkan oleh mesin, sehingga cairan berwarna hitam keluar dari benda tersebut dan mengapung di atas air. Tangan saya juga terkena oleh cairan hitam itu dan kemudian saya merasa muak dan pusing, air mata bercucuran, sungguh tersiksa."
Apa yang ditemukan Li Cheng dan rekan-rekannya itu adalah semacam gas racun yang dinamakan gas moster yang ditinggalkan tentara agresor Jepang. Gas moster itu dapat merusak jaringan sel manusia dan menimbulkan radang kulit serta mengakibatkan keracunan seluruh badan. Li Cheng sampai sekarang masih disiksa oleh akibat lanjutan dari keracunan gas moster antara lain seperti berdarah dari mulut dan sesak napas.
1 2
|