Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-07-18 15:03:33    
Kenangan Tentang Perang Kimia Yang Dilakukan Tentara Agresor Jepang Di Tiongkok Dan Penderitaan Besar Rakyat Tiongkok Dalam Perang Kimia Dan Sesudahnya

cri

Mengapa di Tiongkok ada senjata kimia yang dibuang tentara agresor Jepang dalam Perang Dunia Ke-2 ? Menurut penjelasan Profesor Bu Ping, untuk menutupi kejahatan menjelang penyerahannya, Jepang menanam atau membuang senjata kimia, dan merahasiakan data terkait terhadap pihak Tiongkok. Sedangkan pasca Perang Dunia Ke-2, pemerintah Jepang pernah menyangkal perbuatannya yang meneliti dan membuat senjata kimia serta membuangnya. Sampai tahun 1991, terdesak oleh kenyataan dan tekanan opini internasional, Jepang baru mengakui hal itu.

Justru karena itu, banyak bom gas racun yang dibuangkan Jepang di wilayah Tiongkok menjadi bahaya laten dan tragedi seperti yang dialami Li Cheng itu dan kecelakaan serupa terjadilah terus-menerus. Pada tahun 1946, di Dunhua Provinsi Jilin 4 orang petani ketika memotong rumput terkena air racun bom gas racun yang dibuang tentara agresor Jepang, akhirnya mereka menderita cacat badan seumur hidup. Pada tahun 1980, seorang warga kota Qiqihar Provinsi Heilongjiang yang bernama Qi Zhengbin, karena kurang hati-hati terkena bom gas racun yang ditemukan di situ, menimbulkan borok kulit dan akhirnya terpaksa kulitnya dipotong.

Pada tgl 4 Agustus tahun 2003, di suatu tempat pembangunan kota Qiqihar Provinsi Hei Longjiang Tiongkok timur laut digali 5 buah tom logam dan karena gas moster di dalamnya bocor mengakibatkan 44 orang keracunan dan satu orang di antaranya mati. Peristiwa itu menimbulkan kemarahan besar atas perbuatan pemerintah Jepang yang mengelakkan tanggung jawab sejarah. Berlainan dengan masa lalu, peristiwa kali ini setelah melalui pembicaraan berulang kali pemerintah Tiongkok dengan pemerintah Jepang, akhirnya pemerintah Jepang membayar 300 juta Yen Jepang sebagai ganti rugi kepada pihak Tiongkok. Wang Cheng yang berusia 26 tahun adalah salah satu penderita parah di antaranya. Ia memberi tahu wartawan, waktu ia bergerak merasa sesak bernapas dan berat badannya menurun 10 kilogram dibanding sebelumnya. Sekalipun ia mendapat ganti rugi ekonomi dari pihak Jepang, tetapi ia tetap merasa gelisah terhadap kehidupan kelak hari.

" Sekalipun saya mendapat ganti rugi, tetapi dalam hati tetap tidak merasa enak. Perasaan terluka oleh gas racun itu selalu membayang dihati saya, selain itu saya harus sering berobat ke rumah sakit."

Statistik terkait menunjukkan, sampai sekarang terdapat lebih dari 2.000 orang warga Tiongkok yang tak berdosa menderita luka-luka oleh senjata kimia yang dibuang serdadu Jepang yang mengagresi Tiongkok. Selain itu banyak warga Tiongkok sangat terganggu oleh kecemasan atas bom gas racun yang dibuang serdadu Jepang atau yang belum ditemukan. Berdasarkan peraturan terkait " Konvensi Pelarangan Senjata Kimia" PBB yang diikutsertai kedua negara Tiongkok dan Jepang, Jepang harus memusnahkan tuntas senjata kimia yang dibuang di wilayah Tiongkok sebelum tahun 2007, akan tetapi sekarang pekerjaan tersebut dilakukan dengan lambat.

Niu Haiying salah seorang penderita bom gas racun Tiongkok mengatakan kepada wartawan, ia mengharapkan warga Jepang mengetahui kesakitan penderita Tiongkok dan secepatnya memusnahkan senjata kimia yng dibuangnya di wilayah Tiongkok:

Dikatakannya: " Kami mengharapkan pihak Jepang secepatnya memusnahkan atau menanganinya lebih lanjut senjata kimia yang dibuangkan tentara agresor Jepang dan mengembalikan lingkungan hidup yang baik kepada rakyat Tiongkok."


1  2