Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-12-06 13:44:37    
Kuil Longxing

cri

Dalam Ruangan Bertamasya di Tiongkok untuk edisi ini akan kami perkenalkan sebuah kuil kuno di Provinsi Hebei, Tiongkok utara, yang dinamakan Kuil Longxing.

Berangkat dari Shijiazhuang, ibukota Provinsi Hebei ke arah utara sejauh 15 km, kita akan sampai ke Zhengding, sebuah kota budaya terkenal yang bersejarah lama di Tiongkok, juga salah satu kabupaten di Tiongkok yang memiliki paling banyak benda budaya dan patilasan sejarah tingkat nasional. Kuil Longxing adalah salah satu patilasan sejarah yang representatif.

Kuil Longxing adalah salah satu dari 10 kuil Buddha yang terbesar di Tiongkok. Kuil yang besejarah hampir 1.500 tahun ini dibangun pada masa Dinasti Sui. Menurut keterangan pemandu wisata Li Na, kuil ini mengambil tempat seluas 8 hektar. Dikatakannya,"Ketika berkunjung ke kuil ini, ada beberapa tempat yang tidak boleh dilewatkan, salah satu yang paling terkenal adalah patung tembaga Kuan Im Seribu Tangan dan Seribu Mata, yang merupakan lambang Kuil Longxing. Dengan adanya patung itulah, kuil ini juga dinamakan Kuil Buddha Besar. Prihal mengapa Kuan Im mempunyai seritu tangan dan seribu mata, ada ceritanya sendiri."

Konon pada zaman dahulu kala, ada seorang raja mempunyai tiga putri yang cantik. Putri sulung Miao Yan dan putri kedua Miao Xiang sudah dinikahkan, tinggal putri ketiga Miao Ying tidak ingin berkeluarga. Miao Ying sejak kecil pintar dan berakal budi, pada usia lima tahun sudah bisa membaca kitab suci agama Buddha. Ia berketetapan hati ingin membaktikan hidupnya kepada agama Buddha. Sang raja mencarikan jodoh untuk Miao Ying, tapi ditolak dengan mengatakan bahwa ia ingin menjadi biksuni. Suatu hari, sang raja jatuh sakit dan sekujur badan tumbuh bisul. Setelah diperiksa, Tabib membuka resep dengan mengatakan bahwa obat ini harus menggunakan daging anak kandung sebagai pengantar obat, tapi putri sulung dan putri kedua tidak mau merelakan daging tubuhnya untuk mengobati ayahnya. Mengetahui kabar itu, Miao Ying tanpa ragu-ragu memotong daging di lengannya untuk menolong ayahnya. Tidak lama setelah sembuh dari penyakitnya itu, sang raja kembali menderita sakit mata. Miao Ying lalu mengorek matanya sendiri untuk mengobati sakit ayahnya. Sang Buddha Sakyamuni setelah mengetahui hal itu dengan murah hati menjanjikan untuk mengganti "satu menjadi seribu". Demikianlah Miao Ying dikaruniai seribu tangan dan seribu mata. Itulah asal usul Kuan Im seribu tangan dan seribu mata.

1  2  3