Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-08-01 16:46:50    
Hutan Batu dan Budaya Etnisnya

cri

Di daerah Shilin atau Hutan Batu di Provinsi Yunnan, Tiongkok barat daya bermukim orang Sani, suatu cabang etnis Yi. Mereka telah menciptakan budaya Ashima Hutan Batu serta tari dan nyanyi etnis yang beraneka ragam.

Di daerah pemandangan Hutan Batu Kecil ada sebuah danau, di tepi danau itu berdiri sebuah batu tinggi yang bentuknya menyerupai seorang gadis Sani. Setiap hari tak terbilang banyaknya wisatawan datang menyaksikan batu gadis itu dan bergambar di depannya untuk kenang-kenangan. Batu berbentuk gadis itu diberi nama Ashima, maka Ashima juga menjadi sebutan anak-anak gadis di sini. Pemandu wisata Bi Yunhua mengatakan,"Anak-anak gadis di sini disebut Ashima. Dalam bahasa etnis Yi, Ashima berarti gadis cantik, sedang anak laki-laki atau jejaka disebut Aheige, yang berarti rajin dan berani."

Tentang Batu Ashima itu, ada legenda yang menarik. Konon suatu keluarga miskin di daerah ini melahirkan seorang anak gadis yang cantik, Ashima namanya. Ia pandai menyanyi dan menari dan disenangi banyak pemuda. Ashima jatuh hati pada Ahei, seorang yatim, dan tidak akan menikah dengan siapapun kecuali Ahei. Suatu ketika, Ashima dan Ahei melangsungkan upacara pertunangan, tapi putra orang kaya di desa itu juga menaksir Ashima. Keluarga orang kaya itu mengutus mak comblang untuk meminang Ashima, dengan bujukan, iming-iming dan ancaman, namun semua upaya itu ternyata sia-sia. Tidak rela upayanya gagal, tuan kaya itu lalu menggunakan kekerasan merebut Ashima dan memaksanya menikah dengan putranya menggunakan kesempatan Ahei menggembalakan ternak di tempat jauh. Tapi Ashima menolak dan memilih mati daripada dipaksa menjadi menantu tuan kaya itu. Mendapat kabar bahwa Ashima dipaksa kawin dengan putra tuan kaya, Ahei tidak ayal lagi segera pulang ke kampung untuk menolong calon istrinya. Tuan kaya yang naik pitam membobol tanggul waduk ketika Ahei dan Ashima menyebeang sungai, Ashima pun hanyut oleh air yang deras. Meski Ashima ditolong oleh gadis Yingshange, namun ia berubah menjadi batu tinggi.

1 2 3