Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-08-02 14:09:38    
Deng Wei, Fotografer Terkemuka Tiongkok

cri

Gedung Seni Rupa Tiongkok baru-baru ini mengkoleksi lebih dari seratus foto karya Deng Wei, fotografer terkemuka Tiongkok. Ini merupakan pertama kalinya Gedung Seni Rupa Tiongkok mengkoleksi karya seorang fotografer dalam jumlah begitu banyak. Nama Deng Wei sudah berkibar di dunia fotografi dunia dalam waktu yang lama. Selama bertahun-tahun ini, ia terus melakukan fotografi dengan tajuk potret selebritis di seluruh dunia atas biayanya sendiri. Praktek Deng Wei dinilai kalangan fotografer dalam dan luar negeri sebagai suatu hal yang luar biasa dalam sejarah fotografi dunia.

Di antara seratus karya yang disumbangkan Deng Wei bagi Gedung Seni Rupa Tiongkok, separuh adalah potret selebritis Tiongkok dan dunia, antara lain, Uskup Desmond Mpilo Tutu sebagai pemenang Hadiah Nobel untuk Perdamaian, mantan Presiden AS George Bush, pengarang wanita Inggris Doris Lessing dan mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew. Berikut ini akan kami perkenalkan Deng Wei.

Deng Wei dilahirkan di Beijing pada tahun 1959. Ayahnya adalah seorang pekerja pendidikan dan kebudayaan. Rumahnya bertetangga dengan sejumlah tokoh terkemuka di bidang kebudayaan. Deng Wei sejak kecil gemar melukis. Pada usia 16 tahun, ia secara kebetulan diterima magang oleh Li Keran, pelukis maestro tradisional Tiongkok. Dua tahun kemudian, Deng Wei berguru kepada Zhu Guangqian, ahli estetisisme terkenal Tiongkok untuk belajar estetisisme dan filosofi Barat. Dari kedua tokoh terkemuka itu, Deng Wei tidak hanya kian bertambah dalam pengetahuan, tetapi juga sangat bijaksana dalam hal sikap hidup.

Tahun 1978, Deng Wei masuk Jurusan Fotografi Akademi Film Beijing sebagai seorang mahasiswa. Teman sekolahnya yang tamat beberapa tahun kemudian kini adalah kekuatan induk perfilman Tiongkok. Sutradara Zhang Yimou dan juru kamera Gu Changwei yang terkenal sama-sama adalah teman sekelas Deng Wei. Ketika baru mulai belajar fotografi, ia menjadikan dua gurunya yaitu Li Keran dan Zhu Guangqian sebagai model. Waktu itu Tiongkok sedang berada pada masa bangkitnya kembali kebudayaan dan masa awal pembebasan pikiran. Potret-potret karya Deng Wei dengan Li Keran dan Zhu Guangqian sebagai modelnya habis dipesan orang. Melihat gejala itu, Deng Wei secara mendadak mendapat sebuah akal. Ia mengatakan:"Waktu itu citra tokoh-tokoh terkemuka umumnya tidak dikenal orang. Mengingat karya dan pikirannya sudah sangat populer, maka masyarakat sangat gemar melihat bagaimana wajah tokoh tersebut. Untuk memenuhi keinginan masyarakat, saya juga terdorong untuk memotret tokoh-tokoh terkemuka dengan alat saya kuasai, yakni kamera."

Dengan bimbingan ayahnya, Deng Wei menggunakan hari libur berkunjung ke seluruh negeri untuk memotret seratus lebih tokoh elit lanjut usia. Karya-karya foto Deng Wei berangsur-angsur menimbulkan reaksi besar di kalangan kebudayaan dan kesenian Tiongkok, khususnya setelah tokoh-tokoh lanjut usia itu meninggal dunia satu per satu. Tahun 1986, Balai Pustaka Sanlian Hong Kong menerbitkan album foto Apa Siapa Budayawan Tiongkok. Tak lama setelah itu, film Qingchunji dengan Deng Wei sebagai juru kamera juga meraih banyak hadiah.

Pada tahun 1989, ayah dan gurunya Li Keran berturut-turut meninggal dunia. Deng Wei amat terpukul dan jatuh sakit. Setelah sembuh, Deng Wei mulai melaksanakan rencana memotret tokoh-tokoh terkemuka dunia yang disusun oleh ayahnya sebelum wafat. Dengan demikian, Deng Wei berhenti dari karirnya sebagai guru besar di universitas dan berangkat ke Inggris. Di sana, Deng Wei pernah bekerja sebagai pelayan restoran, tukang sampah, tukang angkut dan sebagainya. Upah minim kebanyakan disimpannya sebagai dana untuk melakukan pemotretan. Mengenai pengalaman waktu itu, Deng Wei secara terus terang mengatakan, ia sudah hampir melupakan segala kepahitan kecuali kebahagiaan yang terdapat dalam kepahitan.

1 2