Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-09-20 14:32:08    
Tiongkok di Persimpangan Lalu Lintas Ide Dunia

cri

Sejak Gutenberg menghasilkan mesin pencetak buku yang pertama, perputaran ide tidak lagi bisa dibendung. Ide datang dan bergulir dari seluruh penjuru dunia, memasuki benak umat manusia di berbagai sudutnya melalui buku. Ide-ide ini kemudian mulai tumbuh, masuk dalam proses refleksi, dan akhirnya menjadi mesin pendorong pembangunan bangsa-bangsa.

Tiongkok sebagai sebuah negara dengan sejarah yang panjang dan peradaban yang maju telah mengenal buku sejak ribuan tahun. Bangsa ini telah menyadari arti penting buku bagi perkembangannya. Tidak mengherankan Beijing International Book Fair yang setiap tahun diadakan di Beijing menjadi suatu magnet tersendiri bagi para penerbit buku. Kalangan industri buku amat menyadari kesempatan yang ditimbulkan dari keterbukaan Tiongkok terhadap dunia luar.

Menurut Shi Huiye, seorang penerjemah buku-buku Belanda ke bahasa Mandarin, kini setelah era keterbukaan, Tiongkok membaca buku apa saja dari Barat, baik yang positif maupun negatif. Yang positif bisa diserap, sedangkan yang negative ditinggalkan. Demikian dipaparkan oleh pria yang menerjemahkan buku Max Havelaar ke dalam bahasa Mandarin ini. Bahkan buku tentang seksualitas wanita yang terjemahannya ia buat dari bahasa Belanda ke bahasa Mandarin, telah habis cetakan edisi pertamanya. Tema-tema yang dulu tabu, kini bahkan digemari oleh masyarakat Tiongkok. Gejala ini menurut Shi Huiye amat baik.

Minat baca warga Tiongkok yang dengan antusias menyantap segala pengetahuan dari luar setelah era keterbukaan Tiongkok juga diakui oleh para penerbit-penerbit asing lainnya. Brown adalah sebuah kelompok penerbit buku dari Inggris. Buku-buku yang diterbitkan oleh Brown biasanya adalah buku-buku pendidikan dengan gambar-gambar yang menarik bagi siswa berusia 5 ? 16 tahun.

Penerbit Brown telah empat kali mengikuti Beijing International Book Fair ini. Menurut Sharon Hutton, Managing Director Brown Reference Group, "Pasar Tiongkok tertarik pada ilmu pengetahuan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pengetahuan. Tetapi juga banyak buku seni yang terjual. Dan mulai tahun ini, kami mulai melihat banyak minat di bidang budaya." Tahun lalu, Brown Reference Group berhasil menjual lisensi dari 40 judul terbitannya. Tahun ini, di Beijing International Book Fair, mereka memperkirakan 60 judul akan dilisensi kepada penerbit Tiongkok.

Selain buku-buku berbahasa Inggris, para penerbit Eropa juga berusaha untuk memasuki pasar buku Tiongkok. Mereka menyadari, kini Tiongkok sedang menyerap ilmu dari segala penjuru dunia. Bagaimana para penerbit Eropa melihat keunggulan mereka dibandingkan para penerbit Amerika yang cukup ahli dalam marketing?

Boudewijn Heeren adalah Presiden Inspirees International, sebuah perusahaan penerbitan yang bergerak di bidang penerbitan buku-buku Eropa di Tiongkok, dan penerbitan buku-buku Tiongkok di Eropa. "Hubungan emosional antara Eropa dan Tiongkok lebih dekat. Dan kalau Anda bicara dengan para penerbit Tiongkok, mereka akan menyetujui pandangan ini," demikian papar Heeren tentang apa yang menjadi keunggulan buku-buku dari Eropa dibandingkan dengan Amerika. Menurutnya, buku-buku yang berbahasa Inggris, terutama yang datang dari Amerika terkesan hitam-putih. Misalnya, buku tentang manajemen yang ditulis oleh orang Amerika agak terkesan berjarak dengan pembaca Tiongkok dibandingkan dengan buku dengan topik sama yang ditulis oleh orang Jerman, Prancis, atau Belanda. Buku-buku dari Eropa akan mampu bersaing di pasar Tiongkok karena hubungan emosional Eropa dan pendekatan cara pikir Eropa, yang menurut Heeren lebih bisa diterima dibandingkan dengan buku-buku Amerika.

1 2