Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2007-12-05 15:46:27    
Gunung Huaguo di Lianyungang

cri

Kalau Anda pernah membaca karya sastra klasik Tiongkok terkenal "Melawat Ke Barat", pasti akan ingat akan Sun Wukong, raja kera sakti yang memiliki kemampuan luar biasa itu. Dalam buku itu, kampung Sun Wukong dilukiskan sebagai sebuah gunung dewata yang kembangnya bermekaran semarak dan buah-buahnya meranum sepanjang tahun, dinamakan Gunung Huaguo atau gunung kembang dan buah. Di Kota Lianyungang, Provinsi Jiangsu, Tiongkok timur ada sebuah gunung yang juga dinamakan Gunung Huaguo, konon adalah bentuk asli Gunung Huaguo dalam novel Melawat Ke Barat.

Seperti yang dilukiskan dalam novel Melawat Ke Barat, G. Huaguo di kota Lianyungang memiliki cuaca yang nyaman dan pemandangan yang indah seperti dunia dewata.

Ada lebih seratus obyek wisata di G. Huaguo, dan banyak di antaranya sesuai benar dengan apa yang dilukiskan dalam novel Melawat Ke Barat, misalnya Batu Kera, yang bentuknya mirip sekali dengan seekor kera, konon adalah batu yang melahirkan Raja Kera Sunwukong. Selain itu, Goa Tirai Air adalah obyek wisata yang paling menarik minat wisatawan. Konon goa itu adalah taman tempat Raja Kera Sunwukong dan anak buahnya tinggal dan bermain. Goa itu tertutup oleh air terjun yang airnya jatuh seperti tirai, sedang suasana dalam goa sangat tenang dan sunyi. Di dalam goa terdapat meja batu dan kursi batu yang tertata rapi, seolah Sunwukong dan anak buahnya baru saja meninggalkan tempat itu. Pemandu wisata Shen Hailing mengatakan,"Konon pengarang novel Melawat Ke Barat bernama Wu Cheng'en pernah mencari ilham untuk mengarang novelnya dengan berjalan-jalan di gunung ini. Ketika ia sedang istirahat dan terkantuk-tantuk di dalam goa, sekelompok kera membalik-balik buku naskahnya dengan mengatakan bahwa begitu lama orang ini berada di dalam goa, tapi sama sekali tidak menceritakan kisah para kera, maka buku naskah itu dirobek-robek. Wu Cheng'en segera terjaga dan melihat buku naskah serta alat-alat tulisnya sudah tidak ada lagi di tempat, sekelompok kera yang nakal berjingkrak-jingkrak di hadapannya. Ia bukan saja tidak marah, malah sangat menyenangi mereka, dan memasukkan kera-kera itu dalam cerita novelnya Melawat Ke Barat."

Kalau kita berkunjung ke G. Huaguo, di mana-mana kita akan melihat kera-kera kecil yang lincah dan lucu yang merupakan tuan rumah sebenarnya G. Huaguo. Setiap pengunjung pasti tertarik oleh kera-kera yang nakal dan asyik bermain-main atau sedang dengan penasaran memandang para tamu, ada kalanya mereka menghampiri pengunjung. Kata pemandu wisata, kera-kera di G. Huaguo hidup di alam liar turun temurun, setiap kelompok mempunyai rajanya sendiri. Sang raja adalah kera jantan yang sigap dan kekar. Setelah menjadi raja, kera itu langsung memiliki kekuasaan mutlak atas kelompok kera, memiliki hak prioritas atas makanan dan dapat mengangkangi kera betina yang muda dan cantik. Di bawah pimpinan raja kera, setiap kelompok kera di G. Huaguo mempunyai wilayah pengaruhnya sendiri yang tetap. Pemandu wisata Shen Meiling mengatakan,"Antara kelompok kera yang satu dan yang lain tidak ada kontak atau hubungan sama sekali. Kalau suatu kelompok kera tidak sengaja memasuki wilayah pengaruh kelompok lain, perang tak bisa dihindarkan, dan tidak mungkin dilerai dari luar. Bagaimana kera-kera yang terlibat dalam perang itu dapat dipisahkan? Cara 'menyembelih ayam untuk menakuti kera' sangat mujarab."

Kera yang nakal di G. Huaguo paling disenangi wisatawan. Sekali peristiwa, dua kera mencuri telur burung di pohon dan sempat memicu perang antara burung dan kera. Pemandangan ini menjadi tontonan yang menarik bagi wisatawan yang kebetulan menyaksikannya.

1 2