Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2008-05-08 13:10:25    
Tigapuluh Enam Taktik: Naik Rumah, Tangga Ditarik

cri

Dalam buku kemiliteran kuno diberikan penjelasan terinci pula tentang cara pemasangan "tangga". Bagi musuh yang tamak, sediakanlah keuntungan supaya mereka tertarik masuk ke perangkap kita. Bagi musuh yang sombong, kita bisa mengaitnya dengan kelemahan kita sendiri. Bagi musuh yang tolol, mereka langsung akan masuk perangkap. Pendek kata, "tangga" harus dipasang dengan cerdas berdasarkan kondisi dan syarat tertentu agar musuh tertipu. Yang perlu dijelaskan ialah, penerapan taktik ini mengandung arti yang lain pula. Misalnya, dalam pertempuran, si komandan sengaja menarik "tangga"nya, yaitu memutuskan untuk menarik pasukan untuk merangsang tentara pimpinannya memperjuangkan kemenangan dengan mati-matian. Contoh berikut ini adalah praktek taktik itu dalam keadaan riil.

Di akhir abad ke-3 Sebelum Masehi, hiduplah Jenderal Han Xin, salah seorang jenderal di bawah pimpinan Raja Han, Liu Bang. Pada suatu hari, Han Xin berhadapan dengan tentara Raja Zhao yang berjumlah 200.000 lebih. Pasukan Han Xin saat itu hanya beranggota puluhan ribu lebih, maka pasti akan kalah jika berhadapan langsung melawan musuh. Setelah berpikir kembali, Han Xin menemukan sebuah akal. Ia menempatkan sepuluh ribu tentara di seberang sungai untuk membentuk formasi melawan tentara musuh. Ia sendiri memimpin delapan ribu tentara yang pura-pura menyerang musuh secara berhadapan. Sementara itu ia mengirim pula dua ribu tentara untuk maju menuju pos tentara musuh dari jalan kecil yang sembunyi. Pasukan ini diperintahkan supaya menyerbu masuk ke pos militer ketika tentara Zhao meninggalkan tangsinya melawan tentara inti Han Xin.

Pada dini hari kedua, Han Xin memimpin pasukannya terlebih dulu untuk melancarkan serangan terhadap tentara Zhao. Pertempuran sengit segera dimulai. Tak lama setelah itu, tentara Han Xin pura-pura kalah dan mundur ke medan di tepi sungai. Melihat tentara Han Xin mundur, semua tentara Zhao meninggalkan kampnya untuk mengejar tentara Han Xin. Pada saat kritis itulah, Han Xin mengatakan kepada tentara asuhannya, bahwa sudah tidak ada lagi jalan kembali bagi mereka karena hambatan sungai. Maka satu-satunya jalan hidup bagi mereka ialah melawan musuh dengan mati-matian. Dalam keadaan tanpa jalan mundur, tentara Han Xin berjuang melawan musuh dengan berani. Sementara itu, tentara yang sebelumnya dikirim Han Xin juga telah menyerbu masuk ke tangsi tentara Zhao. Melihat kampnya telah diduduki oleh tentara Han Xin, tentara Zhao pun terjerumus dalam keadaan kacau sehingga bisa dikalahkan dengan tuntas.

Dalam contoh atas, Han Xin mengirim tentara untuk menduduki tangsi tentara musuh, ibarat menarik "tangga" musuh. Di pihak lain ia menempatkan tentaranya dalam keadaan harus maju terus pantang mundur, ibarat menarik "tangga"nya sendiri. Itulah penerapan riil taktik "naik gedung, tangga ditarik" dalam dua bidang.

Taktik ini sering pula digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pada intinya ialah memnghapuskan jalan mundur bagi diri sendiri atau orang lain, sehingga lawan terpaksa menyerahkan diri dalam keadaan terpaksa, atau memaksa diri sendiri berusaha mencapai target tanpa adanya jalan untuk kembali.


1 2