Kota Kaifeng, Propinsi Henan merupakan ibu kota Kerajaan Song Utara, dan diberi nama "Keresidenan Kaifeng" pada waktu itu. Mengapa Keresidenan Kaifeng dapat terkenal? Pertama, karena Keresidenan Kaifeng adalah ibu kota Kerajaan Song Utara. Namun, penyebab yang lebih penting ialah karena Bao Zheng menjabat sebagai kepala tertinggi Keresidenan Kaifeng sekaligus hakim tertinggi ibu kota Kerajaan Song Utara. Bao Zheng dijunjung rakyat Tiongkok sebagai lambang pemerintah yang bersih dan adil.
Bao Zheng yang mempunyai nama julukan "Bao Qingtian" atau "Bao Gong" pada usia 28 tahun duduk di bangku pemerintahan Kerajaan Song Utara melalui ujian. Pada tahun 1057, Bao Zheng diangkat sebagai kepala Keresidenan Kaifeng, dan meninggalkan jabatan tersebut pada bulan Juni tahun 1058. Selama 16 bulan pemerintahannya di Kaifeng, Bao Zheng bertindak jujur, tabah, bersih, adil dan menjalankan hukum dengan tegas. Karena itulah ia menyandang julukan "Bao Qingtian" atau "Langit Biru Bao", dan meninggalkan nama baik di tengah masyarakat Tiongkok.
Untuk memperingatkan tokoh Bao Zheng ini, pada tahun 1987 pemerintah Kota Kaifeng membangun Kuil Bao Gong, dan pembangunan Keresidenan Kaifeng baru didasarkan pada model asli Keresidenan Kaifeng Kuno. Keresidenan Kaifeng baru menempati tanah seluas 4 hektar, di mana 50 lebih bangunan berdiri dengan gagah, indah, teratur, dan rapi.
Begitu memasuki pintu gerbang Keresidenan Kaifeng, nampaklah Balai Yimen yang berfungsi sebagai ruang tamu. Di sebelah timur Balai Yimen, terdapat "Tambur Mingyuan". Profesor Akademi Sejarah dan Kebudayaan Universitas Henan, Liu Kuntai mengatakan, "Tambur Mingyuan" digunakan rakyat sipil untuk menyatakan ketidakadilan.
Liu Kuntai mengatakan: "Sebelum masa pemerintahan Bao Zheng, untuk mengajukan gugatan, rakyat sipil dilarang menghadap pejabat secara langsung di Balai Besar. Tapi, pengaduan tertulisnya dialihkan sampai pada tingkat pejabat. Rakyat sipil boleh masuk ke Balai Besar apabila diperkenankan. Sistem demikian memberikan peluang dan kemudahan bagi tindak korupsi, dan waktu untuk menangani urusan politik dan kasus kejahatan terbuang percuma. Oleh karena itu, Bao Gong melakukan reformasi terhadap sistem tersebut dengan membuka pintu keresidenan lebar-lebar untuk rakyat sipil. Setelah memukul tambur, Rakyat sipil boleh langsung memasuki Balai Besar dan menghadap pejabat."
1 2
|