Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2005-04-16 18:10:51    
Pidato Tambahan Zhou Enlai Di Depan Konferensi Bandung

cri
 Ketua konferensi dan para wakil,

Pidato utama saya telah dibagi-bagikan kepada hadirin. Setelah mendengarkan pidato banyak ketua delegasi, saya ingin menambah beberapa patah.

Delegasi Tiongkok adalah datang untuk mencari persatuan dan bukan untuk bertengkar. Kami kaum komunis tidak tabu mengatakan bahwa kami percaya pada komunisme dan menganggap sistem sosialis baik. Namun, pada pertemuan ini tidak perlu mempropagandakan ideologi perseorangan dan sistem politik berbagai negara, kendati perbedaan itu nyata sekali terdapat di antara kita.

Delegasi Tiongkok datang untuk mencari persamaan bukan untuk menanamkan perbedaan.

Sebenarnya, mengenai ketegangan situasi Taiwan yang semata-mata ditimbulkan oleh AS, kami boleh mengajukan rancangan resolusi untuk mengadakan konferensi interansional guna mengupayakan penyelesaian seperti yang diajukan Uni Soviet, dan meminta sidang membahasnya. Tuntutan rakyat Tiongkok untuk membebaskan Taiwan dan pulau-pulau di lepas pantai yang menjadi wilayahnya sendiri adalah adil. Ini sepenuhnya adalah urusan intern dan pelaksanaan kedaulatan sendiri, dan mendapatkan dukungan banyak negara. Kami juga boleh mengusulkan konferensi membahas pengakuan dan pemulihan kedudukan sah RRT di PBB. Akan tetapi, kami tidak berbuat demikian, karena kalau kami berbuat begitu akan mudah menjerumuskan konferensi kita ke dalam perdebatan mengenai masalah-masalah itu dan tidak mendapatkan penyelesaian.

Konferensi kita ini harus mencari persamaan sambil membiarkan adanya perbedaan. Sementara itu, konferensi harus mengukuhkan keinginan dan tuntutan bersama itu.

Di sini saya lebih dulu tidak membicarakan masalah ideologi dan sistem sosial yang berbeda. Kita harus mengakui, di antar negara-negara Asia Afrika terdapat ideologi dan sistem sosial yang berbeda, tapi ini tidak menghalangi kita mencari persamaan dan persatuan.

Selanjutnya saya akan membicarakan masalah apakah ada kebebasan menganut agama. Kebebasan menganut agama adalah prinsip yang diakui bersasma oleh negara-negara zaman modern. Kami kaum komunis adalah ateis, tatapi kami menghormati mereka yang menganut agama. Kami mengharapkan mereka yang menganut agama juga menghormati orang yang tidak menganut agama. Tiongkok adalah negara yang memiliki kebebasan beragama. Di Tiongkok tidak saja terdapat 7 juta anggota Partai Komunis, juga terdapat puluhan juta muslim dan penganut agama Buddha, dan jutaan penganut agama Kristen dan Katolik.

Ketiga, saya akan menyinggung masalah apa yang disebut kegiatan subversi. Lebih dari seratus tahun rakyat Tiongkok melancarkan perjuangan untuk melawan kolonialisme. Perjuanan revolusi nasional dan demokratis yang dipimpin Patai Komunis Tiongkok juga telah mengalami proses yang berat selama hampir 30 tahun baru pada akhrinya mencapai kemenangan. Rakyat Tiongkok telah mengalami penderitaan yang tak terperikan di bawah dominasi imperialisme, feodalisme dan Chiang Kaisek, pada akhirnya baru memilih sistem negara dan pemerintah sekarang ini. Revolusi Tiongkok mencapai kemenangan bersandar pada upaya rakyat Tiongkok, sekali-kali bukan diimpor dari luar. Hal ini tidak mungkin disangkal bahkan oleh mereka yang tidak suka pada kemenangan revolusi Tiongkok. Kalau kami sendiri menentang interfensi dari luar, mengapa kami harus menginterfensi urusan intern orang lain? Ada orang mengatakan, Tiongkok mempunyai 10 juta lebih perantau Tionghoa di luar negeri, ada kemungkinan dwikewarganegaraan mereka dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan subversi. Akan tetapi, masalah dwikewarganegaraan perantau Tionghoa adalah peninggalan Tiongkok lama, sejauh ini Chiang Kaisek masih menggunakan sejumlah sangat kecil perantau Tionghoa untuk melakukan kegiatan sabotase di negara di mana mereka tinggal.


1  2