Sutradara Tionghoa Ang Lee dinobatkan sebagai Sutradara Terbaik lewat filmnya Brokeback Mountain di ajang Academy Awards (Oscar) 78 yang digelar di Kodak Theater, Los Angeles, Amerika Serikat tanggal 5 Maret lalu. Sebagai sutradara pertama dari Asia yang berhasil meraih penghargaan itu, Ang Lee menyampaikan perasaannya di depan perhelatan tersebut. Ia mengatakan: "Saya menyatakan terima kasih atas penghargaan kepada saya. Saya khusus berterima kasih kepada setiap staf dari Studio Focus Features (produser film Brokeback Mountain), berterima kasih kepada David Lynn, James Schaumus, David Lee, istri dan putra saya. Saya cinta pada kalian. Saat membuat film Brokeback Mountain, ayah saya meninggal dunia. Film ini saya persembahkan kepada almarhum. Terima kasih kepada ibu dan anggota keluarga saya lainnya, serta semua orang Tionghoa di kedua tepi Selat Taiwan serta Hong Kong dan Makau."
Sebagai pemenang besar dalam pesta Academy Awards kali ini, film Brokeback Mountain tidak hanya diberi penghargaan Sutradara Terbaik, tapi juga dianugerahi penghargaan untuk Naskah Adaptasi Terbaik dan penghargaan untuk Original Score Terbaik. Keberhasilan film Brokeback Mountain yang mengantongi tiga piala itu memang bukan kejutan, karena sebelumnya film karya Ang Lee itu telah memperoleh penghargaan sebagai film terbaik atau film sutradara terbaik di 48 festival film di seluruh dunia. Berikut ini kami perkenalkan Ang Lee, sutradara Tionghoa asal Taiwan.
Ang Lee atau Li An dalam bahasa Tionghoa dilahirkan di Taipei pada tahun 1954. Ayahnya, kepala sebuah sekolah menengah adalah orangtua yang dengan ketat menempuh tradisi dalam mengelola keluarga dan mendidik anak. Pada masa kecil, Ang Lee selalu diminta bertekuk lutut dan bersembah kepada orang generasi tua sebagai ucapan selamat hari raya. Hubungan erat antara ayah dan anak serta tata krama lama itu berpengaruh besar terhadap Ang Lee dalam kariernya sebagai sutradara pada masa kemudian. Pada awal tahun 1990-an, Ang Lee menyutradarai tiga film yang bertopik ayah, yaitu film Pushing Hands atau Tolak-menolak Tangan, film The Wedding Banquet atau Jamuan Pernikahan dan film Eat Drink Man Woman atau Makan Minum Laki-laki Perempuan. Lewat tiga film itu, terbentanglah di depan mata pemirsa dunia citra ayah gaya Tiongkok yang berpikiran lama, berwatak ramah tamah tapi enggan menunjukkan perasaannya yang mendalam terhadap anak.
Sama dengan banyak sutradara film sukses lainnya, Ang Lee sejak kecil suka menonton film. Dengan perasaan yang emosional, Ang Lee sering menangis ketika menonton film, dan sampai sekarang ia tetap tak segan-segan meneteskan air mata saat melihat plot film yang mengharukan. Film Ladri di Biciclette atau Pencuri Sepeda karya sutradara terkenal Italia, Vittorio de Sica adalah film yang paling mengharukan Ang Lee hingga menitikkan air mata. Perasaan mendalam antara ayah dan anak yang terbenam dalam lubuk hati Ang Lee terhanyut oleh kehidupan sengsara yang dialami seorang ayah yang menganggur dalam film itu.
Tahun 1975, Ang Lee tamat dari Akademi Kesenian Universitas Taiwan dan berangkat ke Amerika Serikat untuk melanjutkan studi. Di Universitas Ilinois New York, Ang Lee dianugerahi gelar magister film. Selama studinya di New York, Ang Lee membuat film The Runner, film I Love Chinese Food dan film Best The Artist. Ketiga film yang dibuatnya sebagai magang sutradara membuat namanya menjadi tenar. Setelah tamat Ang Lee semula berencana pulang ke Taiwan untuk meniti kariernya, tapi akhirnya bertahan di Amerika setelah dinasehati seorang pialang dari sebuah studio film Amerika.
Perkembangan Ang Lee di Amerika tidak berjalan lancar pada permulaan. Enam tahun pertamanya di Amerika dilewatinya dengan kesepian dan sendirian. Pada masa itu, Ang Lee hidup dengan pendapatan istrinya, tapi ia tetap nekat meneruskan kariernya sebagai sutradara. Sambil meneliti film Amerika, ia berusaha menciptakan skenario film.
Sejak tahun 1991, Ang Lee berturut-turut membuat tiga judul film berbahasa Tionghoa dengan pendanaan Taiwan, ketiga film itu semuanya berfokus pada peran ayah. Dalam salah satu film garapannya itu yang berjudul Pushing Hands, peran utamanya adalah seorang ayah yang pandai bersilat wushu, dan tidak mau mengalah di depan putranya. Sedang ayah dalam film The Wedding Banquet adalah seorang purnawirawan, yang akhirnya terpaksa bersikap acuh tak acuh melihat anaknya yang menempuh jalan hidup homoseksual. Ayah yang dilukiskan dalam film Eat Drink Man Woman merupakan seorang juru masak, yang perasaannya terluka menghadapi tiga anak putra putri yang tidak mau mematuhi perkataannya.
Ketiga film itu tidak hanya mendapat penghargaan besar di Taiwan, tapi juga mendapat keuntungan besar dari penjualan tiket. Sementara itu, film-film itu juga mendapat penilaian dan penghargaan kalangan film Barat. Di antaranya, film The Wedding Banquet meraih Hadiah Beruang Emas di Festival Film Berlin, sedang film Eat Drink Man Woman dinominasi sebagai film bahasa asing terbaik untuk Piala Oscar tahun 1994. Para komentator film berpendapat bahwa film-film karya Ang Lee mengandung perasaan timur yang kental, dan dari film-film itu para penonton dihadapkan pada perasaan unik orang Timur baik yang berpikiran modern maupun yang kolot.
1 2
|