Perkenalan tentang CRISiaran Bahasa Indonesia
China Radio International
Berita Tentang TK
Berita Internasional
Fokus Ekonomi TK
Kehidupan Sosial
Olahraga
Serba-serbi

KTT ASEAN

Kunjungan Hu Jintao Ke Lima Negara Asia dan Afrika

Kunjungan Jurnalis CRI ke Guangdong

Hu Jintao Hadiri KTT G-20 dan APEC serta Lawat ke 4 Negara

Olimpiade Beijing Tahun 2008
Indeks>>
(GMT+08:00) 2006-11-22 14:54:19    
Kedai Teh di Beijing

cri

Ada sebuah pepatah Tiongkok yang mengatakan, arak seribu cangkir membuat orang jadi sahabat kental, teh secangkir dapat membuat orang mabuk. Budaya teh merupakan bagian dari budaya yang bersejarah panjang di Tiongkok. Dalam Ruangan Bertamasya di Tiongkok edisi ini, saudara akan kami ajak mencicipi hidangan teh di dua kedai teh Beijing untuk menyelami budaya teh Tiongkok.

"Selamat datang ke kedai teh kami", di Kedai Teh Laoshe yang terkenal di Beijing, kedatangan tamu selalu disambut oleh pelayan yang mengenakan jubah panjang dan topi kecil dengan dialek Beijing yang asli. Laoshe adalah pengarang Tiongkok yang terkenal. Lebih 40 tahun lalu, ia menulis karya drama yang abadi dengan judul Kedai Teh. Lakon drama itu dengan sangat hidup melukiskan berbagai kehidupan masyarakat di Beijing zaman dulu. Selang puluhan tahun, kedai teh yang dilukiskan dalam karya Laoshe itu sudah tidak ada bekasnya, namun dalam karya beliau, kita dapat menemukan bayangan kedai teh di Beijing pada waktu itu.

Warga Beijing asli gemar minum teh kembang melati. Air teh kembang melati bening, segar dan harum. Di Kedai Teh Laoshe, selain teh kembang melati yang tradisional, kita dapat pula menikmati teh bentuk yang terbuat dari teh dan kembang. Setelah diseduh di dalam gelas, teh dan kembang akan mekar perlahan-lahan. Pengurus kedai teh itu, Yu Jing mengatakan,"Umumnya menggunakan lebih 160 kuncup daun teh yang muda, kemudian disambung dengan benang kapas yang sangat halus, ditambah dengan berbagai macam kembang, seperti kembang melati, kamelia, akasia atau lili. Kembang-kembang itu menguntungkan kesehatan kalau diminum dalam waktu lama, lebih-lebih bagi wanita, hampir setiap jenis kembang berfungsi mempercantik wajah." Demikian kata Yu Jing.

Sambil menikmati teh segar, para tamu Kedai Teh Laoshe dapat pula menyaksikan berbagai macam atraksi kerakyatan. Setiap hari di sini dipertunjukkan acara-acara yang menarik seperti opera Peking, akrobat, wayang kulit dan silat Kungfu. Selain itu, pelayan kedai teh ini juga mempunyai kepandaian khusus dalam menghidangkan minuman teh. Mereka menggunakan teko tembaga yang mulutnya sepanjang satu meter. Waktu mengisi air teh ke dalam cangkir tamu, teko dipermainkan dengan mahir sekali tanpa setetes air pun terpercik keluar. Teko bermulut panjang itu digunakan sesuai dengan tradisi kedai teh di Beijing zaman dulu, dan suhu air untuk menyeduh teh lebih sesuai. Pelayan kedai teh itu Xu Dawei mengatakan,

"Jenis teko seperti ini khusus digunakan untuk menyeduh teh hijau, karena air panas dalam teko sekitar 90 derajat Celsius, sedang suhu air yang cocok untuk menyeduh teh hijau adalah 80 derajat, maka air yang tertuang dalam cangkir melalui mulut teko panjang pas 80 derajat, sehingga cita rasa teh lebih bagus."

Seperti halnya teko bermulut panjang, teh cawan besar juga ciri khas kedai teh di Beijing zaman dulu. Yang dinamakan teh cawan besar adalah air teh murah dalam mangkuk besar. Kedai Teh Laoshe kini adalah satu-satunya kedai teh di Beijing dewasa ini yang masih menjual teh cawan besar. Konon, pendiri Kedai Teh Laoshe bernama Yin Shengxi memulai usahanya dengan menjual teh dalam mangkuk besar dengan harga dua sen satu mangkuk. Maka meski sudah tidak memberi keuntungan, namun Kedai Teh Laoshe sampai sekarang masih menjual teh cawan besar sebagai tanda memegang tradisi, dan tetap dijual dengan harga dua sen satu mangkuk.

1  2