Di antara negarawan-negarawan pemerintah Dinasti Qing pada masa terakhir abad ke-19, ada seorang tokoh yang memainkan peranan penting bagi perkembangan sosial zaman modern. Penilaian generasi kemudian mengenai jasa dan kesalahannya juga berbeda-beda. Berikut ini kami perkenalkan Li Hongzhang.
Li Hongzhang dilahirkan di Provinsi Anhui, Tiongkok Timur pada tahun 1823. Pada usia 24 tahun, ia masuk dalam Hanlinyuan, yang hampir sama dengan akademi ilmu pengetahuan zaman modern. Di Hanlinyuan, Li Zhongzhang mendapat bimbingan dari banyak sarjana dan guru besar, di antaranya Zeng Guofan, salah seorang negarawan dan sarjana paling terkemuka waktu itu. Zeng Guofan memberi pengaruh paling besar terhadap Li Hongzhang. Pada usia 30-an, Li Hongzhang bersama Zeng Guofan diberi tugas menindas pasukan pemberontakan petani. Dalam proses itu, Li Hongzhang membentuk Pasukan Huai, pasukan daerah yang langsung dipimpin oleh Li Hongzhang. Biarpun Li Hongzhang adalah seorang sarjana, tapi ia amat pandai dalam memimpin pasukan. Dengan pimpinannya yang cerdas dan tegas, pasukannya mencapai kemenangan demi kemenangan. Berkat bakat yang ditampilkannya, Li Hongzhang berkali-kali dipuji oleh Zeng Guofan. Pangkatnya pun terus naik.
Pada usia 40-an, Li Hongzhang sudah dilantik menjadi menteri senior pemerintah Dinasti Qing, dan berhak berpartisipasi dalam pengambilan kebijakan penting pemerintah baik di bidang urusan dalam negeri maupun di bidang diplomasi, ekonomi dan militer. Pasukan Huai yang dibentuk Li Hongzhang berturut-turut dikirim pemerintah Qing ke berbagai daerah sebagai pasukan nasional. Waktu itu kelompok yang terdiri dari Li Hongzhang serta jenderal-jenderal Pasukan Huai dan sejumlah negarawan pengikutnya sudah berkembang menjadi kelompok politik dan militer yang paling kuat di Tiongkok.
Setelah memasuki abad ke-19, masyarakat feodal Tiongkok bisa ibaratkan seperti matahari yang hampir jatuh di cakrawala barat. Namun bersamaan dengan itu, negara-negara Barat dengan pesat bangkit. Setelah mengalami kekalahan dalam Perang Candu Pertama pada tahun 1840, pemerintah Dinasti Qing terpaksa menandatangani perjanjian yang timpang dengan Inggris. Setelah itu, Tiongkok yang dikuasai Dinasti Qing berturut-turut mengalami kekalahan dalam perang melawan kekuatan asing, sehingga harus menandatangani serentetan perjanjian yang berat sebelah. Dan justru dengan latar belakang itulah, eksklusivitas pun mulai tumbuh di kalangan pimpinan Dinasti Qing. Akan tetapi, Li Hongzhang dan sejumlah negarawan yang memiliki pandangan maju waktu itu secara lebih dulu menyadari keunggulan negara-negara Barat dalam hal kekuatan militer. Ia menganjurkan agar Tiongkok belajar dan bercermin pada ilmu pengetahuan dan teknologi canggih Barat. Atas pikirannya itu, Li Hongzhang dan tokoh-tokoh yang berpandangan serupa kemudian disebut sebagai "Angkatan Belajar Barat." Gerakan yang diprakarsainya pun disebut sebagai "Gerakan Belajar Barat".
1 2
|