Gerakan Belajar Barat pada tahap awalnya bertujuan memberdayakan negara, dan mengutamakan pengembangan industri militer modern. Waktu itu Li Hongzhang mendirikan pabrik amunisi dan senjata yang paling besar skalanya di Tiongkok. Sementara itu ia mengundang teknisi Barat sebagai pembimbing untuk memproduksi perlengkapan militer modern. Dengan demikian berakhirlah sejarah penggunaan senjata pisau dan busur. Li Hongzhang membentuk pula armada terbesar Tiongkok, dan mendirikan banyak pangkalan angkatan laut dengan bimbingan teori pertahanan modern Barat. Usahanya ini membuka lembaran pertahanan nasional modern Tiongkok. Di samping di bidang militer, Li Hongzhang dan para reformis "Gerakan Belajar Barat" juga mengusahakan industri sipil. Di antaranya, Li Hongzhang membuka perusahaan pengangkutan laut ukuran besar pertama dalam sejarah Tiongkok, memimpin pembangunan jalan kereta api pertama Tiongkok, memasang jalur transimisi listrik darat pertama, mendirikan kantor telegram pertama, serta mendirikan pabrik tekstil pertama di Tiongkok. Atas prakarsa Li Hongzhang, Tiongkok untuk pertama kali mengirim mahasiswa untuk melanjutkan studi ke luar negeri.
Sebagai penasehat diplomatik utama dan pengambil kebijkan luar negeri pemerintah Dinasti Qing, Li Hongzhang dengan aktif mendorong pengiriman duta besar untuk luar negeri. Di bidang urusan dalam negeri, Li Hongzhang menyadari bahwa kekuasaan Dinasti Qing pada saat itu ibarat "perahu yang bocor" dan nyaris tenggelam. Untuk menyelamatkan "perahu" itu, ia menghimbau pemerintah agar selekasnya melakukan reformasi. Pandangannya tentang reformasi adalah yang paling bijaksana dan paling agresif di antara para pejabat pemerintah Dinasti Qing waktu itu.
Li Hongzhang dengan jelas menyadari kesenjangan besar antara kekuatan ekonomi dan militer Tiongkok dengan negara-negara Barat. Oleh karena kesenjangan itulah, Li Hongzhang menganjurkan prinsip berhati-hati dalam mengumumkan perang dengan negara lain. Kebijakan luar negeri pemerintah Dinasti Qing sangat dipengaruhi oleh pikiran itu, namun prinsip "berhati-hati dalam mengumumkan perang" akhirnya secara tragis menjelma menjadi pikiran untuk terus berkompromi, bahkan menyerahkan diri kepada politik kekuatan asing. Pada akhir abad ke-19, Li Hongzhang berkali-kali menandatangani perjanjian berat sebelah dengan negeri asing atas nama pemerintah Dinasti Qing. Tahun 1901, Li Hongzhang menandatangi Perjanjian Xinchou. Berdasarkan perjanjian itu Tiongkok memberikan ganti rugi sebesar 450 juta tahil perak kepada negara-negara Barat. Dua bulan seusai penandatanganan perjanjian itu, pemerintah Rusia kembali menuntut ganti rugi dan hak istimewa yang lebih besar, sehingga Li Hongzhang marahnya bukan main. Ia lalu jatuh sakit, dan kemudian meninggal dunia dalam usia 78 tahun.
Oleh karena peristiwa-peristiwa memalukan yang dialami Tiongkok pada akhir masa kekuasaan Dinasti Qing, maka penilaian sejarawan terhadap Li Hongzhang kemudian menjadi agak berbeda. Ada orang yang menjelek-jelekkannya sebagai "pengkhianat negara," tetapi ada juga yang menilainya orang yang berbakat tapi dilahirkan pada waktu yang salah. Li Hongzhang sendiri menyebut dirinya sebagai "penambal perahu." Bagi sejarah zaman modern Tiongkok, Li Hongzhang tentu saja mempunyai posisi penting, dan merupakan tokoh kunci yang mendorong maju modernisasi Tiongkok. 1 2
|