Wu Yuanxin telah mencurahkan banyak tenaga dalam penelitiannya, dan menghasilkan banyak produk yang diekspor ke luar negeri. Akan tetapi, ketika pasar ekspor berangsur-angsur melesu, kantor penelitiannya pun menghadapi masalah keuangan, dan akhirnya terpaksa gulung tikar. Setelah itu, Wu Yuanxin pun pindah kerja ke sebuah perusahaan yang sama sekali tidak berhubungan dengan kain celup. Walaupun di perusahaan itu, ia memperoleh gaji yang tinggi, namun ia tetap memilih untuk melanjutkan penelitiannya.
"Waktu itu saya sudah berkecimpung di bidang penelitian kain celup selama 20 tahun. Saya merasa berat hati meninggalkannya begitu saja. Maka saya memutuskan untuk meletakkan jabatan di perusahan itu untuk terus melakukan koleksi dan penelitian kain celup. Saya berencana mendirikan sebuah museum kain celup biru untuk memamerkan barang koleksi saya selama 20 tahun ini kepada publik, agar generasi berikutnya dapat mengenal sejarah perkembangan kain celup biru serta kaitannya dengan kebudayaan."
Pikiran Wu Yuanxin terbilang sederhana sekali, namun tidak berarti mudah terwujud. Wu Yuanxin adalah ahli bidang kain celup biru, namun sama sekali tidak mengerti soal memperoleh keuntungan dari usaha mengelola sebuah museum. Ia tidak hanya menghabiskan semua uangnya untuk mendirikan museum kain celup biru, ia bahkan juga meminjam uang dari orangtuanya. Museumnya berlokasi di sebuah taman. Mengenai museum itu, Wu mengatakan:
"Saya ingin mendukung pembukaan museum ini dengan uang yang diperoleh dari keuntungan melalui perdagangan kain. Saya cuma ingin memperkenalkan museum ini kepada publik."
Selain mengadakan pameran di Nantong, ia juga mengadakan pameran ke Shanghai, bahkan AS dan Eropa, supaya lebih banyak orang tahu bahwa kain tradisional Tiongkok pada zaman kuno berwarna biru dan putih. Sementara itu ia juga terus memperluas pengaruh kain celup bernuansa biru, dan mulai merancang motif dan format baru untuk memenuhi minat estetika zaman modern. Produknya dinilai positif dan berangsur-angsur ia pun menerima pesanan produk baru. Uang yang didapatnya melalui perdagangan kain, diinvestasikannya dalam pengembangan produk baru dan kegiatan pengumpulan karya berharga di kalangan orang awam, serta untuk memelihara kelangsungan hidup museum. Berangsur-angsur, skala museumnya diperluas, dan produk yang dikembangkannya pun bertambah banyak.
Tahun 1997, berkat dukungan pemerintah setempat, museum kain Wu diperluas. Dari yang awalnya hanya merupakan gedung pameran kecil menjadi museum seluas 500 meter persegi, yang terdiri dari lima ruang pameran. Di museum yang sudah diperluas itu, seribu macam lebih produk kain celup biru beserta foto dipamerkan. Hingga kini pengunjung museum itu sudah melampaui 100.000 orang.
Sekarang teknik pembuatan kain celup biru telah dicantumkan dalam Daftar Warisan Budaya Nonmaterial Kelompok Pertama Tiongkok, dan Wu Yuanxin pun diberi penghargaan sebagai pewaris teknik itu. Ia berharap dapat mewariskan teknik itu kepada generasi berikutnya. Baru-baru ini Wu menerima dan mengajar seorang siswa magang berusia 19 tahun tentang teknik pembuatan kain celup biru.
Pada awal tahun ini, dalam sebuah pameran yang bertajuk warisan budaya nonmaterial yang diadakan di Beijing, Wu Yuanxin beserta istri dan anak perempuannya, khusus memperagakan teknik pembuatan kain celup bernuansa biru, dan memperkenalkan kepada para pengunjung tentang sejarah dan konotasi budaya kain tersebut. Perdana Menteri Wen Jiabao yang mengunjungi pameran itu memuji Wu Yuanxin yang telah merintis cara baru untuk melindungi dan mewariskan warisan budaya nonmaterial. 1 2
|