Ekspo Impor Internasional Tiongkok atau CIIE akan digelar di kota Shanghai pada 5-10 November. Baru-baru ini, beberapa cendekiawan AS menyatakan bahwa CIIE menunjukkan Tiongkok bertekad meningkatkah lebih lanjut keterbukaan dan memikul tanggung jawab sebagai negara besar.
Terhitung sampai sekarang, sebanyak 3000 perusahaan dari 130 negara sudah terdaftar untuk mengikuti CIIE, di antaranya sebanyak 200 perusahaan termasuk jajaran 500 perusahaan papan atas dunia.
Mantan Rektor John F. Kennedy School of Government di bawah Harvard University, Joseph S. Nye Jr. belum lama lalu menyatakan di Boston bahwa melalui penyelenggaraan CIIE yang pertama di Shanghai, Tiongkok akan memperlihatkan hasil-hasil perkembangan ekonominya kepada dunia.
Robert Kuhn, salah seorang ahli masalah Tiongkok dari AS menunjukkan, CIIE telah merilis sinyal positif kepada dunia, yakni Tiongkok akan secara inisiatif memperluas impor dari luar negeri. Ia mengatakan, Tiongkok akan membuka pasarnya kepada seluruh dunia, mengimpor komoditas dari mancanegara dunia, dan komoditas yang diimpornya akan digunakan untuk memenuhi kehidupan rakyat yang levelnya semakin meningkat. Boleh dikatakan bahwa CIIE akan menyediakan peluang bagi perusahaan di seluruh dunia untuk mengekspor komoditasnya ke pasar Tiongkok.
Kuhn berpendapat, melalui CIIE di Shanghai, Tiongkok telah memperlihatkan sikap positif untuk membuka pasarnya kepada dunia, serta tindakan nyata untuk mendorong perkembangan sehat dan seimbang perdagangan global.
Ia mengatakan, mengenai sengketa perdagangan dengan AS, Tiongkok memilih untuk menghadapinya secara berhadapan, dan bukan mengelakkan tanggung jawabnya. Tiongkok telah dengan jelas menyatakan niatnya, yakni Tiongkok akan memikul tanggung jawabnya sebagai negara besar, dan berusaha menurunkan surplus perdagangannya dengan sebagian negara melalui perluasan impor dari luar negeri. Tiongkok tidak pernah secara sengaja mengusahakan surplus perdagangan, yang merupakan efek wajar dalam perdagangan internasional. Kendati demikian, Tiongkok telah menunjukkan sikapnya yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terdapat dalam perdagangan internasional melalui penyelenggaraan CIIE, yang menurut Kuhn merupakan tindakan inovatif.
Kuhn menunjukkan, dalam puluhan tahun yang lalu, Tiongkok, sebagai pusat manufaktur global, telah menyediakan produk bermutu tinggi kepada berbagai negara di dunia, sehingga para konsumen di seluruh dunia telah mendapat manfaatnya. Akan tetapi, pada saat terjadi ketidakseimbangan perdagangan, ada negara tertentu yang malah terus mempermasalahkan perihal surplus dan defisit. Kuhn mengatakan, surplus perdagangan Tiongkok dengan sejumlah negara adalah hasil wajar yang lahir dalam proses distribusi sumber daya dalam perdagangan internasional. Menurut Robert Kuhn, kemajuan ekonomi yang dicapai Tiongkok dalam puluhan tahun yang lalu terutama adalah keberhasilan pola Tiongkok, yang selama ini terus menitikberatkan pembangunan infrastruktur dan menyerap modal efektif dari dalam dan luar negeri sehingga menjadi pusat industri manufaktur dunia.