Chongqing adalah salah satu kota besar yang terletak di bagian barat daya Tiongkok. Sebagai kota agraris, pemerintah kota Chongqing selalu mengutamakan pelaksanaan strategi pemberdayaan pedesaan dan pengentasan kemiskinan sebagai salah satu tugas penting. Kecamatan Linshi di bawah naungan Distrik Fulin, Kota Chongqing adalah salah satu kecamatan yang termasuk daftar “kecamatan berciri khas nasional” kelompok pertama. Kini Linshi tengah menguji coba aneka metode untuk membina keunikannya, dan mengajak kaum petani menjadi pemegang saham di perusahaan setempat adalah salah satu taktiknya.
Desa Wansong, kota Linshi terletak di daerah pegunungan. Desa dengan 50 kepala keluarga ini membangun 14 gedung perumahan dengan dana investasi kolektif dari sebagian petani. Setiap gedung dihuni 2 keluarga. Setiap unit membutuhkan biaya pembangunan kurang lebih 150 ribu yuan. Sebanyak 28 keluarga yang sudah pindah ke perumahan baru tersebut. Tampak dari atas gedung-gedungnya sangat tertata karena dibangun di tanah yang berkontur naik dan turun. Walaupun bertingkat empat, tapi dua tingkat di antaranya berada di bawah landasan jalan.
Pemerintah kecamatan Linshi kini berusaha mengembangkan wisata homestay, dan untuk itu telah mengajak sebuah perusahaan untuk mengembangkan pariwisata setempat. Kaum petani lokal dianjurkan menjadi pemegang saham perusahaan tersebut dengan menyewakan perumahan, tanah dan hutannya kepada perusahaan. Asas tujuannya adalah untuk menambah penghasilan kaum petani. Perusahaan tersebut kemudian mengumpulkan lebih dari 200 ribu buah batu kilangan dari seluruh negeri dan negara-negara Asia Tenggara yang diperagakannya di sebuah taman yang mengusung tema batu kilangan. Selain taman batu kilangan, perusahaan tersebut juga berencana membangun hotel dan kebun pertanian dengan tujuan wisata. Menurut rencananya, gedung-gedung perumahan petani akan diubahnya menjadi tempat akomodasi wisatawan dengan gaya arsitekturnya yang sama, dengan rinciannya dua tingkat di atas digunakan sebagai kamar hotel, dan dua tingkat di bawah masih terpelihara sebagai rumah penduduk lokal.
Menurut keterangan Wali Kota Linshi, He Wei, pihaknya telah menyusun standar terkait distribusi penghasilan kepada petani yang rela menjadi pemegang saham, dengan rinciannya 51 persen laba akan dimiliki perusahaan wisata, sedangkan setiap petani akan terbagi 35 persen laba sebagai dividen dengan kelurahan sebagai lembaga kolektif terbagi 10 persen dividen. Tersisa 4 persen akan digunakan untuk membantu keluarga tak mampu. Dengan metode tersebut, terbentuklah mekanisme kepentingan berantai yang di satu pihak menambah penghasilan petani, di pihak lain menambah penghasilan kelurahan sebagai administrasi.