Semarakkan Semangat Bandung di Tengah Pandemi

2020-04-22 17:16:44  

Pandemi COVID-19 yang terus menyebar secara global telah merenggut jiwa sebanyak 170 ribu orang, dan berimbas serius pada ekonomi, politik dan sosial mancanegara. Di tengah penularan pandemi yang semakin marak ini, kita menyongsong tibanya momen penting yang terukir dalam sejarah untuk selama-lamanya. Itulah peringatan 65 tahun Konferensi Afrika-Asia alias Konferensi Bandung. Para cendekiawan dan sarjana Indonesia berujar, di tengah penularan pandemi saat ini, seluruh masyarakat lebih-lebih membutuhkan Semangat Bandung yang menjunjung tinggi solidaritas, persahabatan dan kerja sama dalam rangka bahu membahu mengatasi pandemi COVID-19.

Pada 18 hingga 24 April 1955, perwakilan dari 29 negara dan wilayah Asia dan Afrika berkumpul dalam Konferensi Bandung yang pada akhirnya meluluskan Dasasila atau 10 Prinsip Bandung yang berlandaskan pada “lima prinsip hidup berdampingan secara damai” sebagai tolok ukur dalam penanganan hubungan antar negara. Dengan lahirnya Dasasila Bandung, terbukalah lembaran baru pembinaan hubungan antar negara tipe baru. Pada 22 April 2015 yakni bertepatan peringatan 60 tahun Konferensi Bandung, para pemimpin mancanegara Asia dan Afrika menggelar pertemuan di Jakarta, ibu kota Indonesia. Presiden Tiongkok Xi Jinping tampak hadir dan menyampaikan pidato yang bertajuk “Semarakkan Semangat Bandung, Dongkrak Kerja Sama dan Menang Bersama”. Xi Jinping mengajak semua negara secara besar-besaran menyemarakkan Semangat Bandung, mendorong pembinaan hubungan antar negara tipe baru yang berintikan gagasan kerja sama dan menang bersama, meningkatkan kerja sama Asia-Afrika, mendorong pembentukan komunitas senasib sepenanggungan manusia demi menyejahterakan rakyat Asia dan Afrika serta rakyat di kawasan lainnya.

图片默认标题_fororder_w1

Jurnalis ANTARA untuk Tiongkok, M. Irfan Ilmie baru-baru ini menerbitkan sebuah artikel peringatan Konferensi Bandung, di mana ia menulis, walaupun penyelenggaraan kegiatan peringatan 65 tahun Konferensi Asia-Afrika di Bandung menjadi mustahil karena adanya penularan pandemi COVID-19, namun Semangat Bandung beserta solidaritas dan kerja sama antar negara-negara Asia dan Afrika yang selama ini terus digaungkan tetap mempunyai arti realistis dan relevan. Setelah terjadinya pandemi COVID-19, pemimpin dari Indonesia dan Tiongkok melakukan kontak telepon, menyatakan niat untuk saling mendukung, berbagi pengalaman penanganan pandemi dan bersama-sama mengatasi masa tersulit akibat pandemi. Pada hari ini, ketika virus corona jenis baru terus mewabah secara global, Asia dan Afrika lebih-lebih membutuhkan Semangat Bandung dan mengambil aksi bersama untuk mengatasi virus tersebut.

图片默认标题_fororder_w2

Imron Rosyadi Hamid yang menekuni kuliah strata III di Akademi Hubungan Internasional Universitas Jilin Tiongkok juga menulis sebuah artikel untuk memperingati genap 65 tahun Konferensi Bandung. Imron mengatakan, Konferensi Asia-Afrika di Bandung yang digelar pada pertengahan abad ke-20 ini telah menimbulkan pengaruh signifikan bagi terbentuknya konfigurasi baru dunia pada abad ke-21. Sebagai negara besar yang sedang bangkit, Tiongkok tengah berada di periode baru “Taiping Shengshi” alias era perdamaian dan kemakmuran, sebuah istilah yang disebut oleh sarjana Inggris William M. Callaghan. Presiden Tiongkok Xi Jinping menyatakan, lima prinsip hidup berdampingan secara damai yang lahir di Konferensi Bandung semestinya ditaati sebagai salah satu prinsip pembimbing bagi masyarakat internasional dalam prosesnya membangun masa depan indah umat manusia dan membentuk komunitas senasib sepenanggungan manusia. Xi Jinping mengangkat pandangan saling menguntungkan dan menang bersama sampai ketinggian yang setara dengan pembentukan komunitas senasib sepenanggungan manusia.

Imron menulis, selama bertahun-tahun ini, justru di bawah pimpinan prinsip-prinsip hidup berdampingan secara damai serta kerja sama dan menang bersama itulah, Tiongkok dan Indonesia telah secara berangsur-angsur menjalin hubungan kemitraan komprehensif dan strategis. Jauh pada 2005 kedua negara sudah mencapai kesepakatan mengenai penanganan insiden kesehatan publik melalui kerja sama yang tertuang dalam Perjanjian Kemitraan Strategis Indonesia-Tiongkok. Dalam butir ke-27 terdapat kalimat menguatkan kerja sama dan peningkatan kemampuan dalam upaya mencegah dan mengendalikan penyakit-penyakit menular dan tidak menular. Pada awal April lalu, Presiden Xi Jinping dalam pembicaraan via telepon dengan Presiden Joko Widodo menegaskan kembali komitmen Tiongkok untuk membantu Indonesia dan negara-negara lainnya untuk menghadapi krisis kesehatan dunia yang diakibatkan virus corona jenis baru. Pemerintah dan rakyat Tiongkok menaruh perhatian besar pada upaya penanganan pandemi di Indonesia, dan bersedia memberikan dukungan kuat melalui pemberian barang bantuan termasuk alat-alat medis kepada Indonesia. Pemerintah maupun masyarakat Indonesia menyampaikan terima kasih kepada Tiongkok dalam berbagai bentuk.

图片默认标题_fororder_w3

Periset dari Indonesia Institute for Maritime Studies (IIMS), Connie Rahakundini Bakrie dalam artikelnya menulis, pandemi COVID-19 setidaknya membawa tiga krisis kepada dunia, yaitu krisis kesehatan sosial, krisis ekonomi yang tiada taranya dalam sejarah serta krisis moneter. Tiongkok telah sukses melakukan pencegahan dan pengendalian wabah dengan memperlihatkan kebulatan hati yang paling kuat serta kebijakan pembatasan yang paling tegas, walaupun “pahit tapi paling efektif”. Kebijakan-kebijakan itu antara lain penutupan kota Wuhan dan pelacakan tepat sasaran terhadap para pengidap dengan penerapan ikhtiar iptek canggih. Selain itu, semua biaya pengobatan pasien COVID-19 ditanggung oleh pemerintah. Berkat kebijakan itulah wabah virus corona akhirnya diredamkan di Tiongkok. Apalagi pengorbanan ekonomi dan sosial telah diminimalkan dengan cara yang paling kondusif. Pengalaman sukses Tiongkok dalam memerangi pandemi telah menyediakan refleksi atau contoh baik kepada mancanegara. Menghadapi virus corona sebagai musuh bersama seluruh umat manusia, mari kita bergandengan tangan dengan menjunjung Semangat Bandung, berusaha keras mendorong pembentukan komunitas senasib sepenanggungan manusia di seluruh kawasan Asia-Afrika bahkan di seluruh dunia. 

常思聪