Atas undangan Anggota Dewan Negara merangkap Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi, Menteri Luar Negeri Vivian Balakrishnan, Menteri Luar Negeri Malaysia Hishammuddin Hussein, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi serta Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin mengunjungi Tiongkok pada 31 Maret sampai 2 April. Namun, kunjungan mereka di Tiongkok bahkan dilaporkan oleh segelintir orang sebagai Tiongkok dan ASEAN “berkomplot”, sebanarnya mereka meremehkan persahabatan mendalam yang menjadi fondasi dan daya penggerak kuat bagi kerja sama Tiongkok dan ASEAN.
Melalui kunjungan kali ini, ternyata Tiongkok dan ASEAN mempunyai kesepahaman luas di bidang penanggulangan wabah, kerja sama ekonomi serta pendorongan RCEP. Topik utama yang dibahas dalam kunjungan kolektif Menlu ASEAN kali ini, yang pertama adalah ekonomi dan perdagangan, kedua adalah penanggulangan pandemi. Selain itu, dalam masalah Myanmar yang diperhatikan masyarakat internasional, Tiongkok dengan tegas menekankan akan mendukung ASEAN mendorong pembicaraan perdamaian dengan cara ASEAN, dan mendukung menyelenggarakan sidang spesial pemimpin ASEAN untuk mengadakan penengahan. Dalam masalah Laut Tiongkok Selatan (LTS), Tiongkok menyatakan bersedia bersama neagra-negara ASEAN mempercepat konsultasi Code of Conduct (CoC) LTS, dalam rangka bersama memelihara perdamaian dan stabilitas LTS.
Tiongkok adalah mitra perdagangan terbesar bagi hampir semua negara ASEAN. Kedua belah pihak memiliki keinginan yang kuat untuk mengembangkan hubungan Tiongkok-ASEAN, baik dulu maupun sekarang. Meskipun pandemi Covid-19 memberi pengaruh negatif besar bagi ekonomi dunia pada tahun 2020, volume perdagangan Tiongkok-ASEAN tetap bertambah pesat, dan mencapai terobosan bersejarah, yaitu kedua belah pihak saling menjadi mitra dagang terbesar satu sama lain. Untuk memelihara kelancaran rantai industri dan pasokan regional, dan mendorong pemulihan dan perkembangan ekonomi dan industri pariwisata, Tiongkok dan ASEAN sedang membahas mode "saling pengakuan Kode Kesehatan", demi pemudahan pertukaran rakyat kedua pihak.
Selan itu, situasi pandemi juga mempengaruhi banyak pembangunan proyek Sabuk dan Jalan di negara-negara ASEAN. Dalam pembicaraan dengan Menlu Malasysia, Wang Yi menekankan, pembicaraan kali ini bertujuan untuk mendorong hubungan Tiongkok-Malaysia, dan menyusun jadwal kerja sama pragmatis kedua pihak, merencanakan kerja samanya pasca pandemi. Artinya kunjungan Menlu keempat negara akan membantu menegaskan arah perkembangan hubungan Tiongkok-ASEAN pada masa depan.
Dalam pelawanan wabah, kerja sama Tiongkok-ASEAN juga adalah teladan yang patut dibelajar. Ketika menghadapi wabah yang tiba-tiba merebak, Tiongkok dan ASEAN saling membantu dan mendukung, dari barang medis sampai teknologi pengobatan, dari penyuplaian vaksin samapai teknologi vaksin, dari jalur hijau sampai jalur cepat. Dari Presiden Indonesia Joko Widodo yang menjadi orang pertama menerima suntikan vaksin buatan Tiongkok di Indonesia sampai penyaluran vaksin-vaksin buatan Tiongkok kepada negara-negara ASEAN, semuanya memperagakan kepercayaan dan dukungan yang bergotong royong kedua pihak.
Kestabilan dan perdamaian LTS sesuai dengan kepentingan bersama Tiongkok-ASEAN. Sekarang Tiongkok dan negara-negara ASEAN sedang mengadakan perundingan mengenai CoC, dan diharapkannya dapat menyelesaikan perundingan sebelum akhir tahun ini. Meskipun berbagai pihak masih belum mencapai kesepahaman mengenai isi rinci CoC, namun mencapai code yang berdaya mengikat memenuhi harapan berbagai pihak. Yang paling urgen sekarang ialah mengesampingkan gangguan kekuatan eksternal dan memfokuskan perundingan yang memenuhi kepentingan semua pihak, dalam rangka memelihara perdamaian dan stabilitas di kawasan LTS.
Sedangkan pada saat Tiongkok secara terang-terangan mengembangkan hubungan persahabatan dengan negara-negara ASEAN, sejumlah negara tidak lupa memaksa negara-negara ASEAN berpihak. Baru-baru ini, Jepang dan Indonesia mengadakan perundingan “2+2” menlu bersama menhan. Menurut laporan NHK Jepang, “kedua pihak menentang aksi Tiongkok yang akan meningkatkan ketegangan situasi di LTS dan laut Tiongkok timur” , “memperhatikan Tiongkok yang baru-baru ini menerbitkan undang-undang penjaga pantai. ”
Namun, perkataan Jepang tersebut segera dibantah oleh pihak Indonesia. Di depan jumpa pers rutin yang diadakan 1 April, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying menyatakan, pihak Indonesia telah menghubungi Tiongkok pada waktu pertama untuk mengklarifikasi pandangannya. Dinyatakan Hua Chunying, pengembangan hubungan bilateral tidak hanya sesuai dengan kepentingan bilateral, tapi juga harus memainkan peranan konstruktif bagi perdamaian dan pembangunan regional dan internasional, tidak ditujukan kepada pihak ketiga. Tiongkok memperhatikan tindakan negatif yang diambil Jepang terhadap Tiongkok, dan menuntut Jepang segera menghentikan fitnahan kepada Tiongkok dan menaati patokan hubungan internasional. Menlu RI Retno di depan sidang penjelasan virtual menekankan pula, perlawanan dan konfrontasi tidak akan menguntungkan siapapun. Kawasan Indo-Pacific harus menjadi kawasan damai dan sejahtera. Prioritas ASEAN adalah menjalin kerja sama.
Sebenarnya, Tiongkok pernah berkali-kali menekankan Tiongkok mendukung multilateralisme, menenteng unilateralisme, mendukung prinsip sama derajat, menentang intervansi urusan dalam negeri, dan menghimbau menjalin hubungna internasional yang saling menghormati, adil serta menang bersama. Negara-negara ASEAN memilih strategi penyeimbangan negara besar, dan "tidak berpihak", hal ini sejalan dengan kepentingan inti mereka. Asumsi yang menganggap empat menteri luar negeri mengunjungi Tiongkok untuk "berpihak" tidak sesuai logika dan fakta.
Ketika menyambut genap 30 tahun penjalinan hubungan dialog Tiongkok-ASEAN, kunjungan kolektif Menlu ASEAN akan mendorong kerja sama kedua pihak, melaksanakan Visi Hubungan Mitra Strategis Tiongkok-ASEAN 2030, dan membangun masyarakat senasib sepenanggungan Tiongkok-ASEAN yang lebih erat. Seperti apa yang dikatakan Hu Chunying, kunjungan keempat Menlu sekali lagi memperlihatkan persahabatan Tiongkok dengan negara-negara ASEAN yang disebut “semakin bertamu, semakin erat hubungannya”.