Hasil Per Mu Padi Hibrida di Myanmar Bertambah Dua Kali Lipat

2021-05-24 15:29:57  

Myanmar adalah negara pertanian besar, sekitar 35% tanah garapan di Myannar ditanami padi. Namun karena teknologinya yang masih terbelakang, kebanyakan petani Myanmar masih menanam padi dengan bibit yang disimpannya sendiri, dan luas penanaman padi hibrida hanya menduduki 1% dari area tanah garapan umum, hal ini termasuk sebagai tahap awal. Namun justru karena bibit padi hibrida Tiongkok yang baru memasuki pasar Myanmar inilah, Myanmar telah merealisasi pertumbuhan hasil panennya menjadi dua kali lipat sehingga industri beras Myanmar memiliki harapan baru.

Myanmar adalah negara penghasil beras terbesar ketujuh di dunia, hasil tahunannya mencapai 14-15 juta ton, Myanmar juga adalah negara pengekspor beras terbanyak ke-7, setiap tahun akan mengekspor 2-3 juta ton beras. Selama 7 bulan sebelum tahun fiskal berjalan (10/2020-4/2021), pemasukan devisa ekspor beras Myanmar telah mencapai 430 juta dolar AS. Namun karena teknologinya masih terbelakang, petani Myanmar sulit mewujudkan peningkatan pendapatan.

Direktur Perusahaan Teknologi Bibit Mingtian Jiangsu Tiongkok, Jiang Yintao menyatakan, mereka mulai mempromosikan bibit padi hibrida Tiongkok di Myanmar sejak tahun 2016. Hingga kini, luas penanamannya telah melampaui 13.333 ribu hektar, dan telah merealisasi peningkatan hasil panen sebesar dua kali lipat.

Penanaman padi di Myanmar kebanyakan tetap menggunakan bibit yang disimpan petani sendiri dengan hasil per mu (0,067 hektar) hanya mencapai 270 kg, sedangkan hasil per mu padi hibrida dapat mencapai 550 kg. Keunggulan terbesar padi hibrida adalah bibit, peningkatan jumlah hasil produksi dapat menurunkan biaya produksi, dengan demikian meningkatkan daya kompetitif internasional. Dapat dikatakan bahwa padi hibrida Tiongkok adalah sebuah kartu nama internasional. “Saat ini bibit kami sangat populer di Myanmar dan selalu habis terjual. ” Ujar Jiang Yintao.

Hasil pertukaran dan kerja sama di bidang padi hibrida antar pemerintah Tiongkok-Myanmar juga mencapai banyak hasil. Pada tahun 2019, Kementerian Perdagangan Tiongkok dan Perusahaan Teknologi Tinggi Pertanian Yuan Longping bersama-sama mengadakan penataran luar negeri teknologi padi hibrida Myanmar selama 45 hari , dan meluluskan 60 lebih teknisi pertanian Myanmar yang mempelajari metode produksi dan teknik pembudidayaan berteknologi tinggi dan tercanggih Longping dalam penataran tersebut. Sementara itu di tahun yang sama, Wakil Kepala Universitas Mawlamyine San San Aye mendirikan tiga tanah garapan uji coba untuk menghibrida dua macam bibit padi Tiongkok dan Myanmar untuk menanam lebih banyak varietas padi yang berkualitas tinggi.

Dia menyatakan, program hibrida padinya mendapat dukungan dana dari Yayasan Kerja Sama Lancang-Mekong, sudah menghasilkan bibit baru, dan mulai melaksanakan uji coba di bawah pimpinan Kementerian Pertanian Myanmar. Saat ini mereka perlu menguji apakah gen bibit baru tersebut lebih baik, setelah uji coba tersebut selesai, dapat didaftarkan secara resmi ke dalam bibit padi jenis baru negara Myanmar dan dapat dipromosikan pada para petani Myanmar.

Dewasa ini, penanaman padi hibrida masih berada pada tahap permulaan, menurut pandangan Kanselor Ekonomi dan Perdagangan Tiongkok Kedutaan Besar Tiongkok untuk Myanmar Tan Shufu, prospek perkembangan padi hibrida di Myanmar sangat cerah, jika dapat ditanam di area yang luas, akan bermanfaat bagi penjaminan ketahanan bahan pangan dan peningkatan pemasukan ekspor beras Myanmar.

王伟光