Di Tiongkok toko-toko ritel tidak merosot malah tumbuh pesat.
Saat para konsumen di daratan Tiongkok semakin cenderung mencari barang-barang secara online, banyak orang yang mengatakan mereka justru mendapatkan kesenangan dengan berjalan-jalan dan membeli barang di toko-toko dalam negeri setelah beberapa minggu menjalani karantina di rumah selama pandemi.
Tiongkok dianggap sebagai ekonomi utama satu-satunya di dunia yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi positif pada tahun 2020, setelah lebih awal sukses mengontrol penyebaran virus Corona jenis baru dan memulihkan produksinya pada pertengahan tahun lalu. Namun perjalanan ke luar negeri masih tetap dibatasi bagi mayoritas orang Tiongkok, di mana toko-toko lokal setempat berpotensi menerima uang yang sebelumnya mungkin dihabiskannya dalam perjalanan ke Eropa, Jepang atau AS.
Berdasarkan statistik Bain-Altagamma 2020 Worldwide Luxury Market Monitor, selama tahun 2019, nilai konsumsi luar negeri para konsumen Tiongkok mencapai sekitar 64 miliar Euro, atau sekitar 77,3 miliar US Dolar, terutama terhadap barang-barang mewah selama perjalanan ke luar negeri, angka tersebut merupakan dua kali lipat dari transaksinya di daratan Tiongkok.
Akan tetapi, pola konsumsi tahun lalu telah berputar balik: nilai transaksi komoditi mewah di daratan Tiongkok mencapai 47 miliar Euro, yang merupakan 3 kali lipat dibandingkan nilai konsumsi mereka di luar negeri.
“Para konsumen sedang antri di depan toko Chanel dan Louis Vuitton untuk membeli barang limited edition,” ujar Claire Thielke, Direktur pelaksana di Hines Asia Pacific.
“Karena mayoritas perjalanan luar negeri dibatalkan dan turis asal Tiongkok serta para konsumen yang membeli komoditi mewah tidak disambut baik di Barat seperti dulu, mayoritas transaksi serupa sedang dilakukan di Tiongkok,” tutur Ronnie Chan, ketua Hang Lung Properties yang memiliki plaza shopping mall dan perkantoran di daratan Tiongkok dan Hong Kong.
Sejumlah shopping mall di Tiongkok mulai menghentikan operasional tokonya pada awal tahun 2020, tapi kemudian toko-toko tersebut sempat dibuka kembali dalam waktu kurang dari 2 bulan. Para pemilik dan tenant toko mengatakan bahwa mereka telah menyaksikan pemulihan dengan pola V shape di bidang konsumsi mall dan keramaian pada paro kedua tahun lalu. Keyakinan para konsumen tak pernah melemah.
Berdasarkan data statistik real-estate brokerage CBRE, penjualan ritel di Tiongkok bertumbuh 34% pada triwulan pertama dibandingkan masa sama tahun lalu, volume pendapatan penyewa di GF shopping mall bertambah 0,2% selama satu tahun lalu.
“Para konsumen sedang antri di depan toko Chanel dan Louis Vuitton untuk membeli barang limited edition,” ujar Claire Thielke, Direktur pelaksana di Hines Asia Pacific, setelah berkunjung ke Shanghai dan Shenzhen, “100% telah pulih.”
Dikatakannya bahwa penjualan ritel di perkantoran Hine dan Plaza Shopping Mall One Museum Place di Shanghai sedang berada pada tingkat atas sebelum pandemi.