Hari Minggu malam waktu setempat, tentara Amerika Serikat (AS) untuk Afghanistan sekali lagi melancarkan “serangan militer presisi” dengan drone di Kabul. Serangan itu menargetkan sebuah daerah perumahan dan mengakibatkan 10 rakyat jelata menjadi korban tewas dan di antaranya yang paling muda baru berumur 2 tahun.
Pada awalnya, pihak AS menyatakan serangan udara itu menewaskan seorang teroris yang “dicurigai” sedang “siap” melancarkan serangan bom mobil bunuh diri terhadap bandara Kabul, tapi tak lama kemudian mereka mengubah pernyataan itu.
Kapten Angkatan Laut AS dalam pernyataannya mengatakan, serangan udara AS itu mengenai sebuah mobil yang “katanya” ditumpangi oleh sejumlah teroris radikal, dan serangan udara itu “sepertinya” meledakkan bahan peledak di atas mobil itu dan peledakan sekunder yang lebih besar skalanya mengakibatkan korban tewas dan cedera rakyat jelata.
Melancarkan serangan justru karena “dicurigai”, “katanya”, dan “sepertinya” sudah cukup mengejutkan, apakah yang dikatakan tentara AS itu benar-benar adalah sebuah fakta?
Wartawan CMG melakukan inspeksi ke tempat kejadian ledakan itu, mobil yang sudah dibom itu masih diparkir di dalam halaman rumah, sebuah mobil disampingnya juga terdampak. Beberapa orang pemuda sedang membersihkan puing-puing mobil itu.
Mobil itu dimiliki oleh sekeluarga beranggotakan 4 saudara, salah satu di antaranya sudah tewas dalam ledakan itu. Saudaranya mengatakan kepada wartawan CMG, lain dengan yang dikatakan oleh tentara AS bahwa mobil itu sedang siap berangkat ke bandara ketika terjadi serangan udara, melainkan baru pulang ke rumah. Anak-anak sedang mengelilingi mobil untuk menyambut ayahnya, dan musibah tiba-tiba datang.
Para saksi mata membuktikan bahwa di dalam mobil itu tiada bahan peledak, dan di sekitar mobil itu juga tiada gejala peledakan kedua, karena rumah yang bekas itu mustahil menahan dampak ledakan besar. Para sanak keluarga korban tewas itu terus menekankan kepada wartawan CMG bahwa 10 orang terdekat mereka meninggal dalam ledakan kali ini, di antaranya ada yang sedang mempersiapkan upacara pernikahan, dan anak yang paling muda baru berumur 10 tahun lebih.
Menurut sanak keluarga korban tewas itu, pemilik mobil itu selalu bekerja untuk lembaga negeri asing, sebelum terjadi serangan, dia telah mendapat visa dan menunggu evakuasi dari Afghanistan yang diatur oleh lembaga negeri asing, akan tetapi, yang ditunggunya selama belasan hari ini hanyalah identitas sebagai “teroris”. Kemarahan keluarganya tidak hanya di sini saja, sejumlah media Barat datang ke sana dan terus bertanya, “di mana teroris ISIS? Apakah mereka sudah kalian sembunyikan?”
Fakta telah membuktikan bahwa hal itu tak lain dari sebuah ledakan yang salah! Meninjau kembali proses perang Afghanistan selama 20 tahun ini, peristiwa serupa ternyata sering terjadi.
Selama 20 tahun ini, catatan pembunuhan salah dan pengeboman salah yang dilancarkan tentara AS di Afghanistan ternyata sudah cukup banyak. Sebelum penarikan tentara dari Afghanistan, masih berapa banyak lagi hutang tentara AS kepada warga sipil Afghanistan?