Kesenjangan Antara Kalangan Kaya dan Miskin di AS Semakin Serius

2021-10-21 10:49:52  

Baru-baru ini, di samping patung banteng perunggu Wall Street yang dikenal sebagai landmark terkenal New York terletak 10 ribu buah pisang, dan di seberangnya muncul sebuah patung orang utan yang baru. Penyelenggara kegiatan tersebut menyebut tindakan tersebut bertujuan untuk memprotes kesenjangan antara kalangan kaya dan miskin di Amerika Serikat (AS) yang semakin serius dan kapitalisme yang keji. Orang utan mewakili masyarakat kelas bawah yang berjuang keras, 10 ribu buah pisang menandakan bahwa Wall Street sudah berubah menjadi gila (dalam bahasa Inggris pisang juga dapat diartikan gila).

Seberapa gila kesenjangan antara kalangan kaya dan miskin di AS dewasa ini? Berdasarkan data yang diumumkan Federal Reserve AS yang terbaru, sekitar 10% kelompok terkaya di AS memiliki 89% saham dan dana, dan hal tersebut telah mencapai rekor tertinggi dalam histori. Sementara itu, kekayaan 1% kelompok ‘Super Kaya’ di AS sudah melampaui jumlah total kekayaan kalangan kelas menengah, untuk pertama kalinya sejak adanya statistik di AS. Sementara itu, hasil jajak pendapat yang dilakukan lembaga Universitas Harvard baru-baru ini menunjukkan keadaan masyarakat kelas bawah di AS, 40% keluarga sedang menghadapi kesulitan keuangan yang serius, dan sekitar seperlima keluarga sudah menghabiskan semua tabungannya. Pandemi sudah menjadi kaca pembesar efek Matthew, yang mengakibatkan orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin.

Dilihat dari luar, fenomena tersebut dipicu oleh melonjaknya aset seperti saham yang dimiliki oleh kelompok kaya dalam latar belakang kebijakan Pelonggaran Kuantitatif (QE). Padahal, kesenjangan besar antara kalangan kaya dan miskin sudah menjadi penyakit lama bagi masyarakat AS.

Mengapa negara super besar satu-satunya di dunia ini sama sekali tidak mempedulikan keluhan masyarakat kelas bawahnya dan membiarkan kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin semakin membesar? Hal tersebut ditentukan oleh konflik mendalam Kapitalisme. Sama seperti yang disebutkan dalam laporan Dewan Pengurus HAM PBB bahwa pada masyarakat kaya seperti AS ini, kemiskinan ekstrem yang berkelanjutan merupakan konsekuensi pilihan politik pihak berkuasa. Jika mempunyai tekad politik, AS mampu memberantas kemiskinan ekstremnya. Namun ternyata AS sangat kekurangan tekad tersebut. Karena hakikat politik AS adalah politik uang, sekelompok kecil kalangan elite yang memegang kekuasaan ekonomi dan politik sudah menjadi budak kapital. Di hadapan masalah kesenjangan antara kalangan kaya dan miskin, mereka memilih menjaga keuntungannya sendiri terlebih dahulu.

Satu dasawarsa yang lalu, para demonstran yang “menduduki Wall Street” meneriakkan slogan “99% vs 1%” mengeluhkan ketidakadilan dalam masyarakat AS. Sepuluh tahun kemudian, 10 ribu buah pisang pun berdemonstrasi secara diam-diam di sana. Jika para politikus AS terus mengabaikan masalah serius ini, maka sebuah krisis yang sebenarnya akan mendekati AS.

赵颖