Penulis: Ong Tee Keat, Ketua Centre for New Inclusive Asia (CNIA)
Waktu terus bergulir dan tidak terasa kita akan memasuki akhir tahun 2021, di mana dunia masih terus diganggu oleh pandemi COVID-19. Di bawah bayangan gelap pertarungan sengit antar negara besar, kerja sama internasional semakin meredup walau sempat meningkat sejenak. Perubahan situasi drastis yang tak pernah terjadi selama seratus tahun ini ibarat menantang kecerdasan dan berapa kuatnya mental umat manusia secara keseluruhan. Baik atau tidaknya taraf pemerintahan global adalah pertanggungjawaban yang diberikan oleh manusia.
Sepanjang 2021, kawasan Asia Tenggara terus diganggu oleh pandemi COVID-19 yang naik turun secara bergantian. Sistem kesehatan publik berbagai negara sudah kewalahan menghadapi aneka varian virus yang bermutasi. Sebelumnya Tiongkok sudah terlebih dulu memberikan komitmennya untuk menyumbangkan vaksinnya, dan berjanji akan memprioritaskan negara-negara ASEAN, hal ini sepenuhnya memperlihatkan perhatian besar Tiongkok terhadap geodiplomasinya dengan ASEAN. Vaksin-vaksin yang disumbangkan oleh Tiongkok sudah berturut-turut disalurkan ke negara-negara ASEAN. Sumbangan Tiongkok tersebut juga sempat membangkitkan renungan mendalam masyarakat terhadap hubungan Tiongkok-ASEAN yang sudah berlangsung selama 30 tahun.
Apakah Asia Tenggara akan menyongsong tahun 2022 yang berprospek lebih cerah? Harapan terebut tentunya tak bisa terwujud hanya dengan doa, tapi juga harus melihat apakah unsur-unsur positif di tahun 2021 sudah tertanam.