Selama parahnya bencana kekeringan, kami sekeluarga menggunakan seember air untuk cuci muka. Pada masa yang paling kekurangan air, saya tidak mandi seminggu. Saya hanya memakai sedikit air untuk membersihkan tubuh. Sayur mayur kami tidak disiram, sehingga kebanyakan mati.
Bencana kekeringan tidak saja membuat desa Shiqiao menghadapi krisis, tetapi seluruh kota Chongqing seperti terpanggang oleh matahari. Menyinggung kenangan tesebut, wali kota Chongqing Wang Hongju mengatakan:
"Pada waktu itu, suhu yang tertinggi mencapai 44,5 derajat celsius. Dua pertiga sungai kehabisan air. Sekitar 1,3 juta hektar ladang mengalami kekeringan. 21 juta orang terkena dampak kekeringan. Kerugian ekonomi langsung mencapai 9,07 miliar Yuan Renminbi."
Dalam menghadapi kekeringan, Chongqing pertama-tama menjamin masalah air minum penduduknya. Pemerintah distrik dan kabupaten mengorganisir tenaga untuk mengantar air minum ke tempat-tempat kekurangan air dengan mobil angkutan air.
Sebagian masyarakat juga berusaha sendiri untuk mencari sumber air. Di Shiqiao, kecuali mobil angkutan air, mencari sumber air menjadi masalah yang paling penting. Selama 5 hari, orang desa itu hanya mendapat sumber air di sebuah sumur lama yang dekat Sungai Liujia. Pemerintah Kabupaten segera mengirim tenaga dan barang keperluan untuk membantu mengebor sumur itu.
Bencana kekeringan menguji ketabahan masyarakat desa Shiqiao. Bencana juga menguji seluruh Chongqing, terutama penduduk Chongqing yang masih rajin bekerja di berbagai bidang. Dalam perang tanpa medan perang ini, penduduk Chongqing memberi berupaya semaksimal mungkin.
1 2 3
|