Dalam satu pabrik di Kabupaten Asahan Sumatera Utara, Indonesia pada tanggal 30 Agustus dipadati oleh wakil-wakil dari Tiongkok dan Indonesia sejumlah 200 orang, termasuk Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia, Zhang Qiyue,
Manajer Umum Grup Huadian Yun Gongmin, Direktur Jenderal PT Perusahaan Listrik Negara Indonesia (Persero) dan Gubernur Sumatera Utara, mereka bersama menghadiri upacara peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) I Asahan dan menyampaikan pidato masing-masing. PLTA kedua besar di Indonesia itu dibangun dengan investasi Grup Huadian Tiongkok.
Dilangsungkannya upacara itu menandakan bahwa pembangkit listrik tenaga air kedua besar Indonesia yang dibangun selama 3 tahun mulai beroperasi.
PLTA Asahan I berlokasi di hulu Sungai Asahan Sumatera Utara, merupakan pembangkit listrik pertama dalam konsep perancangan eksploitasi tiga pembangkit listrik di sektor sungai tersebut. Bagian atas Sungai Asahan adalah Danau Toba yang merupakan danau pedalaman terbesar dan terkenal di Indonesia. Total kapasitas terpasang PLTA 1 ialah 180 megawatt, dan memasok listrik rata-rata tahunan mencapai 1 miliar 175 juta kilowatt/jam.
April, tahun 2003, PT Bajra Daya Sentra Nusa (BDSN) dengan Grup Huadian Tiongkok menandatangani kontrak borongan proyek tersebut. Sehubungan dengan perusahaan BDSN mengalami kesulitan pendanaan, maka, sulit ambil bagian dalam pembangunan proyek tersebut. Mei, tahun 2005, melalui konsultasi dengan PT Perusahaan Listrik Negara Indonesia, Grup Huadian memutuskan untuk menginvestasi sendiri proyek tersebut dan mengadakan pendanaan di dalam negeri Tiongkok. Selanjutnya, Grup Huadian Tiongkok bersama Perusahaan BDSN Indonesia membentuk perusahaan patungan yang baru dengan 70 persen sahamnya dipegang oleh Grup Huadian Perusahaan Hong Kong. Proyek PLTA Asahan I mulai dibangun dan dirampungkan dalam kurun waktu hampir 4 tahun. Tanggal 13 Mei, 2010, dua unit generator pembangkit listrik berhasil digabungkan dan memasok daya listrik.
Buruh pihak Tiongkok selain harus memecahkan kesulitan kehidupan, lebih baik berbaur dengan rakyat setempat dan mendapat pengakuan dan pemahaman juga merupakan suatu permasalahan. Para pekerja Grup Huadian aktif menyelaraskan hubungannya dengan pemerintah dan warga desa setempat, dengan sadar melestarikan lingkungan ekologi, sementara juga melakukan usaha-usaha amal dengan membangun sekolah dan proyek pemasokan air, dan telah meningkatkan level pendidikan dan kehidupan rakyat setempat. Bersamaan dengan itu, selama pembangunan pembangkit listrik telah menyediakan 1100 lowongan kerja bagi setempat. Semuanya itu telah mendapat penghargaan pemerintah dan massa setempat.
Beroperasinya PLTA Asahan 1 akan menyuplai 20 persen kebutuhan listrik Provinsi Sumatera Utara dan meredakan kondisi kekurangan pasokan listrik daerah tersebut. Peresmian PLTA Asahan merupakan kesaksian persahabatan antara rakyat Tiongkok dan Indonesia.