Oleh: Pierre Baskoro
Cuaca di Beijing belakangan ini mendung. Langit terlihat suram. Hujan deraspun hanya sebatas 'kadang-kadang'.
Terkadang aku merasa, cuaca itu sangat mempengaruhi mood dan sikap hati. Siapa sih yang suka hari mendung dan hujan? Mungkin ada segelintiran orang yang suka, karena mendung, tidak ada matahari, makanya adem! Tapi terkadang kita juga butuh matahari. Ada perasaan yang bergejolak disaat esok hari akan hujan; ada perasaan yang tidak tenteram disaat aku mencium bau amis dari tanah. Dan itulah petanda hari hujan. Selain mood yang tidak stabil, ada juga perasaan-perasaan aneh yang seakan memberikan aba-aba kalau esok mendung atau hujan. Kelabu, malas, sedih, marah.
Saya suka dimana hari cerah. Dimana mentari bersinar setiap hari. Aba-aba apakah yang alam berikan jika esok cerah? Sinar, terang, jelas, bersih dan terik. Itulah petanda dari harapan. Satu hari yang baru, yang penuh dengan penantian. Mungkin juga ada hari kelabu dimana kita harus kuat dan tabah. Ada juga hari hujan dan badai yang menerpa. Tapi, itulah yang sudah alam sediakan untuk setiap manusia. Jatuh bangun? Kecewa atau putus asa? Ada kesenangan? Atau gembira sekalipun? Tapi hidup ini adalah kombinasi dari semua itu.
Coba bayangkan kalau kehidupanmu hanya dipenuhi oleh terang. Monoton dan bosan! Tapi, kalau sesekadang kita bertemu dengan kelabu, dengan mendungnya awan, gelapnya langit dan terangnya mentari, banyak warna bukan? Itulah hidup. Dimana kita harus menggenggam kuas kita erat-erat dan warnai hidup ini dengan berbagai warna yang kita mau, agar ia menjadi lebih indah!