Pierre Baskoro-Bersyukur.
  2012-01-10 15:26:03  CRI

Oleh: Pierre Baskoro

Aduh… kok ribet yah? Kok masalahku besar yah? Rumit banget! Gak enak! Sakit! Pusing! Bete! Elo lagi elo lagi! Apaan nih?

Keluhan di atas sering kali kita sebutkan dalam keseharian kita bukan? Ditengah-tengah hari yang dingin, kita mengeluh dingin banget. Disaat hari yang terik dan panas, malah sebaliknya. "Panas banget sih!!!", Betul?

Di blog saya kali ini, ada yang mau saya bagikan untuk teman-teman dan saudara pendengar semua. Minggu lalu saya jalan-jalan ke sebuah kota kecil di provinsi Hebei, kota Zhangjiakou. Suhu udara di sana membuat saya, orang dari khatulistiwa serasa setengah mati. Pakaian saya sudah 5 lapis, tapi dingin itu tetap saja menusuk. Bisa bayangkan? -17. 17 derajat dibawah nol! Tidak salah lagi kalau saya tidak terbiasa dengan suhu seperti itu.

Hari pertama di sana, saya melewati malam tahun baru dengan rekan-rekan kerja saya. Kehangatan yang menyelimuti atmosfir di ruangan itu membuat saya berasa sangat nyaman. Tapi disaat keluar dari gedung hotel, udara di luar menusuk pori-pori muka saya. Apa yang mau saya ceritakan adalah hari kedua saya di kota Zhangjiakou.

Hari kedua. Senang sekali rasanya bisa bermain 'snow board' di alam terbuka dengan teman-teman saya. Setelah melewati puluhan kali latihan di dataran yang dasar, saya pun mengadu nyali untuk memberanikan diri meluncur di tempat yang tinggi. Panjang dari ketinggian itu mungkin ada 2 kilometer. Pertama kali saya mencoba, tetap saja ada jatuh bangunnya. Maklum, sudah 1 tahun tidak bermain 'snow board'. Luncuran kedua, juga masih ada jatuhnya, tapi kali kedua lebih baik daripada yang pertama. Luncuran ketiga, sangat diluar bayangan saya dan teman saya. Luncuran maut yang hampir merenggut nyawa saya. Luncuran itu sungguh sempurna disaat saya turun dari bukit atas. Keseimbangan, kecepatan, gaya, dan posisi meluncur semua sempurna! Tetapi kira-kira 15 meter sebelum saya sampai dihujung dataran luncuran itu, tiba-tiba saya oleng dan tidak bisa menyeimbangi tubuh saya lagi. Saya mulai terombang-ambing dan terjatuh kencang. Dari 15 meter saya keseret dan tubuh saya terbating ke dataran salju yang sangat keras. 1 yang saya rasakan adalah pusing, karena kepala belakang saya juga terhantam kencang oleh papan salju saya. Hantaman itu hampir membuat saya meninggal. Karena disaat saya tidak sadar diri dalam waktu beberapa menit, indera yang masih saya rasakan kalau itu masih bekerja adalah mata. Mata saya masih bisa melihat walaupun tubuh saya tidak berdaya untuk bergerak.

"Gawat! Kepala saya beserta isinya berantakkan!". Itulah yang ada dalam imajinasi saya pada saat itu. Saya takut, saya khuatir dan saya tidak berani bergerak. Saat itulah saya menutup mata saya kembali dan berdoa. "Aku masih mau hidup, dan aku tahu sekarang aku hidup. Tuhan tolong berikan saya kekuatan untuk bangun."Saat itu tidak ada siapa-siapa disana. Setiap peluncur salju professional yang berlalu-lalang tidak menghiraukan saya. "Tuhan, kepalaku masih utuh kan? Badanku tidak cacat kan? Tulang-tulangku semua baik kan? Tuhan kasih kekuatan agar aku bisa bangun kembali.". Disaat aku menghela nafas, dan coba mengatakan kata "Amin!", tiba-tiba aku bisa berdiri kembali, aku bisa berjalan dan melanjutkan peluncuranku ke final. Tidak tau kekuatan dari mana yang membisakan aku berdiri kembali. Membisakan aku untuk selamat.

Saat itu yang ada dalam benak aku adalah, 1+1=? Namaku siapa? Nama orangtuaku siapa? Alamatku dimana? Aku bekerja di mana? Siapa sahabat baikku? Siapa orang yang aku cintai? Siapa Tuhanku? Kenapa aku berada di Zhangjiakou? Semua pertanyaan itu saya pastikan saya bisa menjawab kesemuanya. Aku takut kalau-kalau aku hilang ingatan! Hentakan yang begitu kencang dan cepat membuat bola mataku serasa keluar, darah dari mimisan yang aku keluari cukup banyak. Dan disaat aku kembali ke tepi, aku berdoa kepada Tuhan lagi. "Tuhan, terima kasih atas hidup yang masih Tuhan berikan. Terima kasih karena aku gak apa-apa secara fisik. Terima kasih karena aku tidak meninggal di kejadian ini." Karena memang benar, saat itu kalau anda melihat tempat kejadian, anda tidak akan pernah percaya kalau saya hidup. Curam, licin, keras dan… itu adalah sebagian dari hutan di bukit luncur itu.

Dan saat itulah, saya berasa, tidak ada alasan lain untuk saya tidak mengucap syukur kepada Tuhan. Jelang ajal, tapi saya masih diberi kesempatan untuk hidup. Jelang cacat, Tuhan berikan lagi tubuh yang sempurna tanpa cacat. Oleh itu teman-teman dan saudara pendengar, inti dari blog saya kali ini adalah, mukjizat tidak berhenti di zaman nabi-nabi 2000 tahun lebih yang lalu. Mukjizat tidak berhenti hanya untuk orang-orang tertentu saja. Mukjizat itu bukan ilmu ghaib yang hanya untuk menghibur orang. Terlebih, mukjizat bukan sulap murahan yang anda lihat di TV atau di pentas-pentas. Mukjizat itu adalah tanda-tanda heran yang ajaib, yang terkadang kita rasakan tapi tak dapat kita mengerti sama sekali. Saudara pendengar, mukjizat adalah sebuah hadiah dari Tuhan, yang berhak didapatkan oleh orang-orang yang percaya kalau mukjizat itu ada dan nyata. Mukjizat tidak berhenti 2000 tahun lebih yang lalu. Sampai saat ini, mukjizat masih ada. Saya pernah merasakkan itu dan saya mengalami hal itu.

Teman-teman dan saudara pendengar, tidak ada lagi yang bisa kita keluhi jika Tuhan sudah memberikan kita hidup. Setiap nafas mungkin adalah sebuah hal yang aneh, setiap hentakkan dari denyutan nadi adalah mustahil. Setiap sel-sel, nadi-nadi, urat-urat, jantung dan syaraf kita yang bergerak mungkin tidak dapat dimengerti oleh otak dan pikiran kita yang terbatas. Tapi 1 hal yang mau saya katakana adalah, semua itu kasih karunia dan mukjizat.

So… mari kita mulai mengucap syukur atas apa yang kita alami. Mulai dari hari ini, coba untuk tidak mengeluarkan kata-kata keluhan yang sebenarnya membuat orang lain menjadi ribet. Tapi marilah kita belajar untuk mengatakan kata-kata hikmah dan kata-kata berkat yang penuh dengan ucapan syukur.

Salam Hangat dari Beijing.

Stop Play
Terpopuler
• Xi Jinping Temui Pangeran Andrew Edward
• Xi Jinping Sebut Tiongkok Akan Berkembang dalam Lingkungan Keterbukaan
• Xi Jinping Memimpin Sidang Pertama Komisi Pekerjaan Urusan Luar Negeri Komite Sentral PKT
• Tiongkok Siap Berikan Pembalasan Terhadap Tarif Impor Baru AS
• Wang Yi Temui Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho
• Xi Jinping Adakan Pembicaraan dengan Presiden Zimbabwe
Indeks>>
Komentar Pembaca
• Surat dari pendengar setia Bpk. Rudi Hartono
5 tahun sudah berlalu saya bersama rekan H Sunu Budihardjo mengunjungi Kota Beijing dimana telah terukir  kenangan terindah dalam kehidupan saya dalam memenangkan Hadiah Utama 60 tahun hubungan diplomatic Tiongkok – Indonesia dan 60 tahun berdirinya China Radio International. Saya bersama rekan H Sunu Budihardjo menuju Beijing pada 12 Juli 2010 disambut hangat oleh salah satu penyiar CRI, Nona Nina di Bandara International Beijing.  Kami pun menginap di salah satu hotel di Beijing untuk melakukan perjalanan wisata kota Beijing. Berikut tempat wisata yang kami kunjungi adalah :
• 0062813****0007
1. CRI (Bahasa Indonesia) disiarkan melalui Elshinta. Sekarang pindah gelombong berapa ? 2. Apa CRI (Bahasa Indonesia) tdk diadakan lagi di Indonesia ? Mohon balasan !
• 0062813****2398
halo,sy orang china yg belajar di indonesia, tadi sy mendengar acara LENTERA, judulnya Hunan. dalam perbincangan ini, mereka bilang di China ada 31 propinsi, informasi ini salah,sebenarnya di negara sy ada 34 propinsi.
• 0062852****5541
bpk maliki yangdhsebut roh papaptlimo pancer semua itu roh goep kalao orang yang ber agama itu beri nama para dewa itusemua menyatu dengan alam papat nomer satu aer yang disebut kakang kawa dua adik ariari tiga puser empat gete atau dara yang alam papat aer bumi angen api makanya kalau sembayang harus aranya kesitu itu yang benar roh empat itu yang menjaga manusia tiga alam semua meyakinni agama menyimpang dari itu sekarang alam suda rentan karena manusia suda menyimpang dari itu orang kalau jau dari itu tidak bisa masok suargo yangdi sebut suargo artinya sokmo masok didalam rogo manusia lagi bareng sama
Indeks>>
© China Radio International.CRI. All Rights Reserved.
16A Shijingshan Road, Beijing, China. 100040