" Saya sejak kecil tinggal bersama orangtua sampai meninggalkan rumah ketika melanjutkan sekolah di SMA. Ketika itu saya merasa serba salah dan baru menyadari psikologi saya sebagai seorang perempuan. Kalau saya berubah menjadi perempuan, saya akan terus mendapatkan perhatian dari Jiang Ling, saya sangat menikmati selalu diperhatikan orang." Lanjut Chen Li, sang suami.
Lalu apa kata Jiang Ling? "Saya ingin menjadi laki-laki dengan menjalani operasi ganti kelamin dan tetap menjadi pasangan hidup Chen Li. Kalau saya menjadi laki-laki dan menjadi suaminya, ibu mertua tidak akan bernai lagi galak-galak terhadap saya seperti sekarang ini." Kata Jiang Ling.
Sebelum berkenalan dengan Chen Li, Jiang Ling pernah berkeluarga dan mempunyai seorang anak, tapi anak itu kemudian meninggal dunia. Dan justru karena itulah, ibu Chen Li merasa anaknya yang masih perjaka rugi kawin dengan Jiang Ling. Maka itu, ia sejak awal mula tidak merestui perkawinan putranya itu.
Kata Jiang Ling, ibu mertuanya sering memarahinya dengan kata-kata yang kasar dan merendahkan. Ada kalanya memang karena ia tidak melakukan pekerjaan rumah dengan baik, tapi lebih sering ia dimarahi tanpa alasan.
Demikianlah pasangan ini menjalani hidup sehari-hari dengan hati tidak senang, sampai suatu hari Jiang Ling yang baru saja bertengkar dengan ibu mertua mentatakan kepada suaminya, "Kalau saya laki-laki dan kamu perempuan, saya barangkali tidak akan selalu dimarahi ibumu." Perkataan Jiang Ling itu serta merta membuka pikiran Chen Li, dan mereka mulai membicarakan rencana untuk menjalani operasi ganti kelamin itu. Mereka merencanakan akan tetap menjadi suami istri setelah ganti kelamin, dan operasi akan dilakukan setelah mereka mempunyai seorang anak mengingat Jiang Ling pernah mempunyai anak dan anak itu meninggal dalam umur masih kecil. Namun sementara itu, mereka juga menyimpan rasa khawatir tentang biaya operasi dan apakah mereka bisa hidup normal setelah menjalani operasi.