Para pemilih di Jepang akan memberikan suara tanggal 16 Desember mendatang dalam rangka pemilihan majelis rendah, konfigurasi baru dunia politik di negara itu akan mengemuka melalui pertarungan dalam pemilihan tersebut. Para calon partai-partai politik kini sedang sibuk mendatangi pemilih di berbagai tempat untuk memaparkan konsep kebijakan masing-masing. Kegiatan pemilu pekan ini telah memasuki tahap yang "panas".
Pemilihan majelis rendah yang lalu berlangsung pada bulan Agustus tahun 2009, dan setiap kali masa jabatan majelis rendah adalah 4 tahun. Pertengahan bulan lalu, Perdana Menteri Yoshihiko Noda memenuhi janjinya dengan membubarkan majelis rendah dan menyelenggarakan pemilu sebelum majelis rendah menyelesaikan masa jabatannya. Mengenai pemilu yang dipercepat itu, sebagian besar responden di Jepang menyatakan sambutan baik. Seorang guru di Prefektur Kanagawa, Hideki Komatsu, menyatakan:
"Partai Demokrat telah melakukan terlalu banyak hal yang melanggar konvensi pemerintahan yang dikemukakan dalam pemilu lalu, maka perlu diselenggarakan pemilu untuk mengetahui apakah masih dipercaya oleh masyarakat, semisal tentang masalah subsidi anak dan kenaikan pajak konsumsi, partai tersebut melaksanakannya tidak berpegang pada konvensi pemerintahan."
Pemilu kali ini diikuti sekitar 1.500 calon dari Partai Demokrat, Partai Liberal Demokrat dan 10 partai politik lain, jumlah partai peserta yang terbanyak sejak dilaksanakannya sistem pemilihan yang berlaku sekarang ini tahun 1996 lalu. Boleh dikatakan bahwa pemilu kali ini ditandai oleh gejalan "kacau", tidak saja banyaknya partai politik baru yang berdiri dan bergabung, para pemilih juga dibuatnya bingung untuk menjatuhkan pilihan. Seorang karyawan perusahaan di Tokyo, Kenichi Tanaka, mengatakan:
"Alhasil, para calon yang terkumpul semuanya muka lama, pada kenyataannya adalah anggur lama dalam botol baru. Partai-partai politik itu menawarkan pendirian masing-masing mengenai peningkatan kesejahteraan sosial dan peniadaan listrik tenaga nuklir, pilihan yang terlalu banyak bagi pemilih, dan pada akhirnya barangkali hanya tinggal di atas kertas saja pada tahap pelaksanaannya."
Fokus yang diperdebatkan berbagai pihak peserta pemilu kali ini antara lain adalah langkah pemulihan ekonomi, kebijakan energi nuklir, kenaikan pajak konsumsi, dan apakah akan ambil bagian dalam perundingan tentang persetujuan kemiteraan ekonomi Pan Pasifik (TPP). Ini juga akan menjadi pertimbangan penting bagi para pemilih ketika memberikan suara untuk partai politik. Sedang masalah yang paling menjadi perhatian Kenichi Tanaka adalah kebijakan tentang pembangkit listrik tenaga nuklir.
Menurut Kenichi Tanaka, ketika menjatuhkan pilihan kepada partai politik, ia akan melihat konsep kebijakannya secara keseluruhan. Bertolak dari sudut pandang ini, ia akan memilih partai politik kawakan. Pilihannya akan jatuh pada partai yang relatif seimbang yakni Partai Liberal Demokrat atau Partai Demokrat.
Analis menunjukkan, dalam pemilu kali ini, perebutan antara Partai Demokrat dan Partai Liberal Demokrat akan menjadi fokus perhatian terbesar. Di pihak lain, berhubung kekecewaan masyarakat terhadap kondisi politik sekarang ini, pandangan negatif juga banyak dilontarkan kepada kedua partai tersebut, dan ini pula yang barangkali akan menyebabkan semakin banyak suara mengalir ke kubu kutub ketiga yang tampil sebagai "muka baru". Kekuatan kutub ketiga itu kemungkinan pula akan bergabung dengan koalisi berkuasa di masa depan dan memberikan pengaruh penting dalam percaturan politik di Jepang.
Opini berpendapat, setelah Partai Demokrat mengalami perpecahan karena masalah kenaikan pajak konsumsi, dukungan kepada partai tersebut terus menurun, dan kemungkinan akan kehilangan tampuk pemrintahan karena gagal mempertahankan lebih dari 50 persen kursi dalam majelis rendah setelah pemilu kali ini. Sedang Partai Liberal Demokrat yang cenderung konservatif diperkirakan akan mendapat dukungan lebih banyak dari tokoh konservatif, dan lebih dekat dari memegang kembali tampuk pemerintahan.