Setelah terpilih kembali sebagai Presiden Amerika Serikat, Barack Obama memilih Asia sebagai lokasi pertama yang dikunjungi. Ini sangat menonjolkan posisi vital Asia dalam strategi keamanan dan ekonomi AS. Akan tetapi, kunjungan Obama kali ini juga menunjukkan masalah utama kebijakan AS di Asia-Pasifik, yaitu Obama mungkin sulit mencapai keberhasilan besar dalam melaksanakan kebijakan pengalihan fokus strategi ke Timur, yang tahun ini diubah namanya menjadi "strategi penyeimbangan kembali".
Obama berupaya semaksimal mungkin melaksanakan strategi pengalihan fokus ke Timur selama lebih dari tiga tahun, tetapi masih tetap sulit untuk mencapai kemajuan baru di masa depan.
Di sisi lain, strategi pengalihan fokus ke Timur memiliki kekurangan alami. Amerika menitikberatkan faktor militer, tetapi mengabaikan faktor ekonomi. Konon AS mengubah nama strategi ini menjadi "penyeimbangan kembali (rebalancing)" untuk mengurangi nuansa militer. Namun apa pun namanya, faktor militer tetap merupakan keunggulan dalam strategi AS, dan dipastikan akan menduduki posisi dominan. Selain menghidupkan perundingan Perjanjian Kemitraan Pan Pasifik (TPP), AS tidak meluncurkan langkah lain apa pun di bidang ekonomi.
Walaupun sudah dilakukan 15 kali perundingan, tetapi TPP tetap gagal mencapai kemajuan memuaskan. AS tidak menduga bahwa TPP gagal membendung momentum perkembangan kerja sama ekonomi Asia Timur, justru malah sangat memicu proses ini. Setelah ditandatanganinya perjanjian investasi trilateral oleh Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan, perundingan perjanjian perdagangan bebas bilateral telah dimulai oleh Tiongkok dan Korea Selatan. Ketiga negara juga memulai perundingan perjanjian perdagangan bebas trilateral, bahkan meresmikan perundingan "perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif regional (RCEP)". Kerja sama regional Asia Timur justru mencapai kemajuan besar sepanjang 2012.
Obama mengatakan, maksud kunjungan ke Asia adalah menciptakan lapangan kerja kepada industri manufaktur dengan menggenjot ekspor AS di kawasan yang berkembang paling cepat dan paling dinamis di dunia. Pemerintah AS tampaknya sudah menyadari masalah tersebut, sehingga mengurangi pembicaraan tentang aksi militer mereka yaitu kebijakan "pengalihan fokus strategi ke Timur", melainkan menitikberatkan partisipasi AS di bidang ekonomi. Karena itu, masih dipertanyakan apakah AS dapat melaksanakan peralihan tersebut ketika Asia Timur bersandar pada Tiongkok di bidang ekonomi, dan bersandar pada AS di bidang keamanan.
Selain itu, AS sulit memusatkan energi pada urusan Asia Pasifik. Situasi kawasan Asia Pasifik secara keseluruhan dewasa ini tetap stabil, tetapi tetap terdapat banyak masalah diplomatik di luar kawasan yang perlu ditangani oleh AS, antara lain penarikan tentara dari Afghanistan, masalah nuklir Iran, konflik Palestina-Israel, masalah Timur Tengah, terorisme, perluasan senjata pemusnah massal, dan lain-lain. Masalah-masalah tersebut menyinggung kepentingan kepentingan vital, sehingga AS pasti tidak mungkin memusatkan energi pada urusan Asia Pasifik.
Secara umum, dilihat dari aplikasi taktis, keseimbangan struktur, maupun kontradiksi kebutuhan antara sektor regional dan menyeluruh, Obama tetap sulit mencapai kemajuan besar dalam mengalihkan strategi ke Timur dalam masa jabatan keduanya sebagai Presiden AS.