XINHUA: Presiden Suriah Bashar al Assad dalam pidato nasional melalui televisi mengemukakan prakarsa untuk menyelesaikan krisis secara politik melalui dialog nasional. Namun usulan ini ditolak golongan oposisi Suriah.
Analis berpendapat, situasi internasional dan regional yang dihadapi Suriah dewasa ini telah mereda dan ini membantu penyelesaian krisis melalui jalur politik. Akan tetapi, prakarsa baru Assad itu tidak menyinggung masalah yang paling diperhatikan golongan oposisi, yaitu nasib Assad sendiri. Oleh karena itu, kecil kemungkinan diadakannya dialog politik karena masih sangat besarnya perselisihan antara pemerintah Suriah dan golongan oposisi dewasa ini.
Prakarsa Assad meliputi tiga tahap. Pertama, negara-negara terkait berjanji menghentikan bantuan dana, jaminan kesejahteraan, dan penampungan kelompok bersenjata Suriah. Kelompok bersenjata diharuskan menghentikan kegiatan terorisme, dan pada saat bersamaan pasukan pemerintah Suriah menghentikan aksi militer mereka. Kedua, pemerintah Suriah membuka rapat dialog nasional, menyusun piagam nasional, dan mengadakan referendum piagam nasional yang melibatkan seluruh rakyat, dan kemudian membentuk pemerintah konsolisiasi nasional yang mewakili berbagai lapisan masyarakat, dan menyusun konstitusi baru lalu menggelar referendum. Ketiga, membentuk pemerintah baru, membuka rapat rekonsiliasi nasional, menerapkan amnesti, dan melaksanakan rehabilitasi.
Analis menunjukkan, ini merupakan prakarsa penyelesaian politik relatif utuh yang dikemukakan pemerintah Suriah untuk pertama kali. Tujuan prakarsa itu adalah mengubah keadaan satu partai yaitu kekuasaan tunggal Partai Ba'ath, menyetujui transisi ke sistem multipartai yang berbatas, tetapi mempertahankan pemerintah dan presiden sekarang.
Prakarsa tersebut ditolak mentah-mentah oleh golongan oposisi Suriah. Ketua Komisi Nasional Suriah mengatakan, golongan oposisi Suriah menolak segala prakarsa kecuali Assad mundur.
Pada 7 November 2012, "Tentara Pembebasan Suriah" mengumumkan dimulainya perang tahap kedua untuk membebaskan Damaskus. Sejak itu, pertempuran antara pasukan pemerintah dan kekuatan oposisi di daerah sekitar Damaskus terus berlangsung.
Bagi Suriah, perang Damaskus adalah perang yang krusial. Apabila kota itu jatuh ke tangan lawan, maka itu berarti pemerintahan Assad pun terguling. Apabila kekuatan pemberontak memenangkan perang di Damaskus, itu berarti mereka akan mencapai kemenangan di seluruh Suriah. Pasukan khusus tentara Suriah sudah ditempatkan di Damaskus dan daerah di sekitarnya. Analis berpendapat, pasukan bersenjata, pasukan keamanan serta pasukan milisi yang sejumlah 200 ribu orang telah ikut serta dalam pertempuran untuk membela Damaskus. Oleh karena itu, dari segi kekuatan, pasukan pemerintah memiliki kemungkinan lebih besar untuk memenangkan perang tersebut.
Akan tetapi, pemerintah Suriah tetap akan terancam apabila dalam lapisan tinggi pemerintah Suriah muncul keretakan serius sehingga terjadi pemberontakan di dalam tubuh pasukan pemerintah atau intervensi militer negara asing. Kalau pemerintah Suriah sekarang dikalahkan, maka akan terjadi bencana kemanusiaan yang lebih serius bahkan muncul perpecahan negara dan perang saudara.