Menurut Harian People's Daily, Upacara Pelantikan masa jabatan kedua Presiden Amerika, Barack Obama kemarin (21/1) diadakan di depan Gedung The United States Capital.
Obama dalam pidato pelantikannya menyatakan, untuk mengembangkan ekonomi dan pendidikan, memperkokoh pasar Amerika, dan menangani tantangan yang dihadapi Amerika memerlukan partisipasi warga Amerika. Amerika telah mengakhiri perang, dan memindahkan perhatian penuh dalam bidang ekonomi. Ke depan Amerika harus mementingkan rakyat kelas menengah, dan meningkatkan alokasi di bidang pendidikan dan asuransi kesehatan serta menanggulangi tantangan perubahan iklim, dan menjadi pelopor di bidang keberkelanjutan energi, menciptakan kesempatan penempatan tenaga kerja melalui cara inovasi iptek, serta memajukan perkembangan berkelanjutan ekonomi. Ia mengatakan pula, dalam memelihara perdamaian Amerika, perang yang hanya akan membuat rakyat sengsara tidak akan terjadi.
Yang dihadapi Obama tetap adalah sebuah kalangan politik yang sangat bercorak pemecah belahan partai. Setelah pemilu tahun lalu, meskipun jumlah kursi Partai Demokrat dalam Senat banyak, tapi Partai Republik tetap menguasai Dewan Perwakilan. Washington dalam 4 tahun ke depan mungkin terus terjerumus dalam perlawanan ekstrim antar partai dan kemacetan.
Disebabkan oleh berbagai unsur, Obama sulit mencapai prestasi besar di bidang ekonomi dalam 4 tahun ke depan. Sedangkan warga Amerika juga telah mengurangi ekspektasi terhadapnya.
Hubungan Tiongkok-Amerika merupakan hubungan bilateral yang paling penting di dunia sekarang ini. Beberapa hari terkahir ini, sejumlah mantan politikus Amerika telah memberi harapan besar kepada Obama mengenai perkembangan hubungan Tiongkok-Amerika dalam masa jabatan keduanya. Mantan Asisten Presiden Amerika Untuk Urusan Keamanan Negara, Zbigniew Kazimierz Brzezinski menekankan, pentingnya peranan kerja sama dalam hubungan Amerika-Tiongkok harus dimengerti sepenuhnya. Kerja sama dan perkembangan antara Amerika dan Tiongkok berkemungkinan besar mengubah keadaan sejarah, hal ini pasti membawa bentrokan antara negara besar yang ingin mempertahankan hasil pendahulu dan negara besar yang sedang bangkit. Mantan Menteri Luar Negeri Amerika, James Addison Baker III memperingatkan bahwa Amerika harus memelihara pendirian netral dan tidak terburu-buru mengintervensi perselisihan kawasan termasuk perselisihan di Laut Tiongkok Selatan. Mantan Menteri Keuangan Amerika, Robert Rubin berpendapat, Tiongkok adalah lokomotif yang memajukan pertumbuhan ekonomi dunia sekarang ini, Amerika dan Tiongkok mempunyai kepentingan bersama dalam kerja sama dan perkembangan, maka Amerika dan Tiongkok harus saling menghormati, dan mendorong perkembangan bersama yang saling menguntungkan.
Dalam masa jabatan pertamanya, Obama telah memindahkan titik berat diplomasi globalnya ke Asia-Pasifik, dan telah mengeluarkan strategi "penyeimbangan kembali". Setelah pengaturan kembalinya strategi militer di Asia-Pasifik yang banyak diragukan, pemerintah Obama menyebut bahwa strategi Asia-Pasifiknya adalah penyesuaian kembali menyeluruh di berbagai bidang, termasuk bidang politik dan ekonomi, dalam rangka mengurangi corak militer. Namun, perubahan yang diakibatkan pelaksanaan strategis "penyeimbangan kembali" pemerintah Amerika itu telah mengundang perhatian besar. Baru-baru ini, ada pakar dari Institusi Brookings menunjukkan, target pertama strateigis Obama di Asia-Pasifik seharusnya adalah memelihara Asia yang dapat menyediakan keuntungan kepada pertumbuhan ekonomi global serta Amerika dalam 5 hingga 10 tahun ke depan. Akan tetapi, strategis pemerintah Obama sekarang ini bukan mengurangi melainkan mempercepat "akibat penjaminan keamanan yang buruk", dan yang paling menonjol adalah perselisihan wilayah di Laut Tiongkok Timur.