Hari ini (20/3)genap 10 tahun meletusnya perang Irak yang dilancarkan AS. Sejauh ini belum tampak jelas adanya pihak yang memenangkanperang tersebut.
Perang Irak boleh dikatakan sebagai sebuah malapetaka bagi negara Irak maupun rakyatnya. Selama puluhan tahun ini, Irak tak henti-hentinya dilanda perang, seperti perang Iran-Irak, Perang Kuwait, Perang Teluk. Namun sepertinya Perang Irak inilah yang mengakibatkan penderitaan terparah bagi negara tesebut. Sepuluh tahun telah berlalu, insiden teroris di Irak telah menewaskan puluhan ribu orang, negara berada dalam kondisi terpecah-belah, pembangunan kembali yang diidam-idamkan rakyat masih jauh dari kenyataan.
Perang Irak juga menghancurkan keseimbangan kekuatan geopolitik di kawasan Timur Tengah, sekaligus mendatangkan malapetaka di kawasan tersebut. Empat kekuatan geopolitik di kawasan Timur Tengah, termasuk negara-negara Arab, Iran, Turki dan Israel, merupakan dasar penting untuk memelihara stabilitas di kawasan tersebut. Jauh pada tahun1990an, AS pernah giat menjalankan politik yang mendorong perundingan perdamaian antara Arab dan Israel serta mengekang Iran dan Irak. Politik tersebut memang mendatangkan ketenteraman sementara dan stabilitas di kawasan Timur Tengah, proses perdamaian Palestina dan Israel pun mencapai kemajuan besar ketika itu. Namun keseimbangan kekuatan geopolitik dihancurkan oleh aksi militer AS pasca 11 September. Akhirnya, keseimbangan antar berbagai kekuatan di kawasan tersebut tidak lagi terpelihara.
Bagi AS sendiri, Perang Irak juga merupakan malapetaka. Saat ini semakin banyak rakyat AS yang menyadari bahwa perang Irak adalah sebuah kegagalan srategis bagi AS. Selain telah menelan belanja militer dalam jumlah fantastis dan mengorbakan ribuan jiwa tentara AS, perang tersebut bertentangan pula dengan tujuan dasar kebijakan anti-teroris AS. Perang ini juga telah berdampak pada menurunnya pengaruh sehingga kekuatan lunak AS .