Sejak terbentuknya zona perdagangan bebas antara Tiongkok dan ASEAN pada 2010, nilai perdagangan di perbatasan antara Provinsi Yunnan dan Provinsi Guangxi di Tiongkok dengam Vietnam, Myanmar dan Laos terus meningkat. Namun proses pembangunan jalan raya di Asia Tenggara tetap menghadapi rintangan. Karena itu, percepatan pembangunan jaringan jalan raya di kawasan ini memiliki peranan penting demi mendorong kerja sama antara Tiongkok dan ASEAN.
Banyaknya gunung dan sungai yang melintasi daerah pelosok Laos, Myanmar dan Vietnam telah menyulitkan upaya pembangunan infrastruktur di negara-negara tersebut. Di antara negara-negara ASEAN, Thailand dan Malaysia memiliki infrastruktur yang baik. Thailand merupakan pusat komunikasi di Asia Tenggara. Kini, Thailand tengah mendorong koridor ekonomi selatan-utara dan timur-barat. Pemerintah Thailand berencana mengumpulkan US$ 73,7 miliar untuk membangun jaringan jalan raya. Sebanyak 80 persen dari dana itu akan digunakan untuk pembangunan jalur kereta api cepat, dan 14,7 persen lainnya akan digunakan untuk pembangunan jalan raya.
Vietnam, Laos dan Thailand tengah mengkaji rencana untuk membangun jalan yang menyambungkan ibukota dan kota pelabuhan utama di ketiga negara tersebut. Myanmar, dengan bantuan India, juga tengah mengusahakan pembangunan jalan raya yang menyambungkan kota-kota di Myanmar dan India.
Masalah dana tetap adalah masalah utama dalam pembangunan jalan raya. Kini, Kamboja, Myanmar dan Laos mengandalkan dana dari organisasi internasional. Mereka masih perlu menyerap lebih banyak modal asing, dan mempertimbangkan harga tarif.
Kini, telah terbangun jalan yang menghubungkan Hanoi, Vietnam dengan kota-kota di Tiongkok, termasuk Shenzhen, Guangzhou, Nanning dan Kunming. Vietnam dan Kamboja juga telah membuka jalur transportasi langsung. Namun, masih belum ada jalan yang menghubungkan Tiongkok dengan Myanmar dan Tiongkok dengan Thailand. Oleh karena itu, jalur transportasi langsung antara Tiongkok dan ASEAN masih belum memadai.