20 jam setelah terjadinya peristiwa ledakan bom Boston yang mengejutkan dunia, Presiden Obama menyatakan kasus ledakan bom itu adalah peristiwa terorisme. Sementara itu, Biro Investigasi Federal (FBI) dan badan-badan pemerintahan lainnya sedang melakukan penyelidikan.
"Inilah tindakan pengecut dan tidak dapat diampuni, menurut informasi yang telah kami ketahui, kasus yang sedang diselidiki oleh FBI itu adalah prilaku terorisme."
Penyelidikan yang dipimpin oleh FBI dan diikutsertai oleh beberapa badan pemerintahan itu sedang berlangsung, Gubernur Negara Bagian Massachusetts, Deval Patrick dengan tegas menyatakan, pihak kepolisian hanya menemukan dua bahan peledak di tempat kejadian, tidak ada bahan peledak lain yang masih belum diledakan. Agen Khusus yang ditugasi dalam penyelidikan kasus itu, Rick Deslauriers menekankan, kini masih belum ada ancaman lainnya.
Menurut laporan media, pihak militer telah mengirimkan sebuah tim pakar di bidang peledak ke Boston untuk membantu penyelidikan. Tugas mereka adalah membandingkan pecahan bahan peledak yang dikumpulkan di tempat kejadian dengan informasi ribuan perakit bom di dalam gudang informasi FBI dan pihak militer.
Selain itu, menurut laporan media, agen khsus FBI telah mencari ke sebuah gedung apartemen yang terletak 5 Mil dari tempat kejadian peristiwa itu. Dikabarkan, penyelidikan dilangsungkan terhadap seorang warga Arab Saudi yang berusia 20 tahun dan memegang visa mahasisiwa, tapi FBI menolak mengungkapkan informasi terkait mengenai hal itu. FBI hanya mengatakan akan melakukan pemeriksaan berdasarkan bukti dan informasi yang telah diperoleh. Agen Khusus Rick Deslauriers menekankan, mereka akan menangkap pembunuh itu.
"Lingkupan penyelidikan kami akan diperluas ke seluruh dunia. Kami akan mencari dan melacaknya berdasarkan bukti dan informasi yang telah kami peroleh, biarpun harus ke ujung langit atau laut, kami juga harus menangkap pembunuh yang hina itu, dan menjatuhkan hukuman kepadanya."